Lova mendorong secangkir teh untuk Dio. Dia memandang wajah Dio yang dipenuhi dengan penyesalan, padahal dia belum menjelaskan apapun sedari tadi.
"Minumlah. Aku yakin kedatanganku membuat tenggorokanmu kering untuk menjelaskan sebanyak itu," ucap Lova dengan lembut.
Namun, Dio sama sekali tidak menggubrisnya. Pria itu hanya diam sembari terus menundukkan kepala. Dia lebih suka memandang jari jemarinya yang saling beradu di atas pangkuannya, ketimbang memandang wajah Lova yang begitu cantik.
"Aku tidak akan menyalahkan dirimu dan aku tidak akan membencimu juga." Lova berusaha untuk berbicara dengan lunak, dia tidak mau memberi penekanan pada pria ini.
"Usia kita tidak jauh berbeda. Berhubung ini berada di luar lingkungan kantor, kamu bisa berbicara denganku secara akrab. Kamu bisa menganggapku teman alih-alih sebagai istri bosmu." Lova kembali menambahkan. Dia masih berusaha untuk meyakinkan pria yang ada di depannya itu.