Dia pada akhirnya menyerah. Tidak tahu lagi harus bagaimana caranya untuk meluapkan emosinya, menggeluti kesedihannya sendiri dan terlalu menyelami semua itu tentu saja tidak ada gunanya. Itu tidak akan membangkitkan kembali temannya yang sudah tiada.
"Nak Lova?" Suara seorang wanita lembut memanggil namanya, menarik perhatian Lova untuk menatap siapa yang baru saja datang.
"Sudah makan, Nak?" tanyanya. Pandangan matanya tertuju pada gadis muda dengan wajah murung dan kedua mata yang sembab sebab dia tidak berhenti menangis.
Lova manggut-manggut. Dia duduk di atas kursi, begitu juga dengan wanita yang baru saja datang.
"Nike akan segera dibawa ke kampung untuk dimakamkan. Kalau memang kamu tidak bisa ikut karena suamimu sibuk, aku bisa mengerti itu." Jari jemarinya dengan lembut mengusap puncak kepala gadis yang sudah dianggap seperti anak kandungnya sendiri.
"Kamu bisa sampaikan pesan terakhir kamu dan temui dia sebelum dia dibawa pulang ke kampung."