Chereads / Unforgettable, You / Chapter 17 - 17 Konseling

Chapter 17 - 17 Konseling

"Kamu bicara tanpa bukti! Kalau di sekolah kami, melompat tembok sekolah adalah pelanggaran berat tapi karena kamu dari sekolah lain maka guru BK dari sekolah kamu akan saya undang ke sini. Namanya pak Freddy, kan?" cerocos pak Oky dengan pasti. Dia bermaksud membuat efek jera pada Bobby. Namun mental cowok itu sudah sekuat baja.

"Silakan panggil, Pak. Beliau sudah akrab dengan saya bahkan ibu saya juga kenal dengan beliau saking seringnya saya masuk BK," ucap Bobby.

"Memang bermasalah kamu," balas pak Oky.

"Sekarang saya cerita, Pak. Di sekolah saya ada satu guru mengajar empat mata pelajaran sekaligus saat saya kelas X. Nah, saya sering luput mengerjakan karena terlalu banyak tugas dari guru yang sama, masalah seperti itu saja masuk BK, padahal harusnya guru itu sendiri yang bicara empat mata dengan saya. Kenapa perlu diadu ke BK? Apa beliau tidak punya kapabilitas untuk menyelesaikan masalahnya sendiri? Lagi pula tugas mapel A dan B itu hampir mirip,Pak, jadinya saya merasa sudah mengerjakan yang A sedangkan yang B saya terlewat karena memang saya kira sudah mengerjakan semuanya," curhat Bobby.

Pak Oky merasa anak ini punya pemikiran yang kritis dan masih ada sifat gegabah karena ada gelora remaja yang membara di dalam dirinya.

"Kamu tuh, anak pemberani. Sekarang pelajaran siapa?"

"Guru yang barusan saya ceritakan, Pak."

"Oh, gurunya ada kepentingan?"

"Iya, Pak."

Pak Oky menata Bobby tanpa menghakimi, ditatap seperti itu dirinya malah sungkan daripada dengan sikap ketegasan yang akhirnya malah memancing dirinya untuk melawan.

"Saya sudah chat pak Freddy, dia akan ke sini tentunya melewati pintu depan bukan melompat tembok," sindir pak Oky. Bobby meringis, dia jadi semakin sungkan. Satu sisi dia berpikir tentang hanya karena sampai saat ini dia masih ada di toilet, dia tidak ikut pelajaran sampai jam kedua akan berakhir.

"Pak, Anya gimana? Dia kena fitnah, Pak. Mereka bilang katanya hanya ada hubungan sama Pak Jamal," Bobby harus menceritakan hal itu agar gosip tidak semakin parah. Pak Oky terperanjat, Kejadian beberapa tahun yang lalu terjadi lagi dulu pernah ada siswa yang nyata-nyata bilang kalau dia mencintai Pak Jamal tapi sekarang malah Anya yang digosipkan pacaran.

"Itu urusan saya, yang penting kamu harus Dikembalikan pada Pak Freddy dulu yang berwenang menghukum kamu akibat tindakan ini karena saya adalah guru BK dari SMA 127 sementara kamu bukan murid sini," tegas pak Oky.

"Kalau boleh saya lancang, Pak. Anya sekarang ada di luar kelas, kata Renata sepupu saya yaitu teman sekelas Anya," ucapnya. Pak Oky mulai khawatir. Untung saja pak Freddy segera datang. Beliau juga guru muda dari SMK 21, sering bertemu pak Oky di pertemuan guru BK.

"Maafkan saya, Pak Oky. Anak ini memang bandel," pinta pak Freddy. Tak lama, ia segera menggiring Bobby kembali ke sekolahnya. Sementara pak Oky mencari Anya ke kelas.

Begitu sampai di kelas XI IPA 5, dia menyela pelajaran fisika untuk memanggil Renata.

"Renata, ikut saya."

Dia mengangguk karena kebingungan. Entah apa yang terjadi tiba-tiba guru BK memanggilnya. Terdengar suara-suara teman yang menakuti dirinya. Namun ia hiraukan karena ada yang lebih penting.

"Kasih tahu saya di mana Anya," bisik pak Oky.

Ini gawat,berita tentang Anya sampai diketahui guru BK. Anak sekolah tidak menyangka bahwa bercandaan yang mereka lontarkan ternyata semakin rumit. Mereka terutama Bela dan Cesa memang iri dengan kecantikan dan sikapnya yang ramah terhadap siapapun. Mereka menciptakan rumor itu saat bertemu Anya dan pak Jamal di dalam Cafe, mereka memotretnya dari jauh terlihat kalau foto yang dimaksud sudah di besarkan beberapa kali. Namun semua sudah terlanjur, hanya mempertanggungjawabkan apa yang sudah mereka lakukan. Kini diperparah dengan foto Anya dibonceng Pak Jamal pulang. Andai saja yang dibonceng bukan hanya pasti tidak akan seheboh ini.

Renata mengira kalau Anya ada di dalam kamar mandi, benar saja ada satu kamar mandi terkunci di toilet perempuan lokasi sebelah utara sekolah.

"Nya, Anya," Panggil Renata dengan lembut seolah membujuk hanya untuk keluar dari kamar mandi.

"Nggak mau, Ren."

Terdengar suara dari kamar mandi dan Renata bisa memastikan itu adalah suara Anya.

"Nya, udah dong. Kita harus Selesaikan masalah ini sekarang, nggak mungkin ini semua berlarut-larut," Renata berusaha membujuk Anya. Pak Oky mendukungnya dari belakang Dia memberi isyarat lambaian tangan berarti tidak yang Renata tangkap sebagai ungkapan "jangan sampai Anya tahu ada saya."

Renata cepat tanggap, dia malah khawatir dengan keadaan Anya di dalam.

"Nya, keluar dong lu nggak suka apa di dalam?" Renata masih berusaha agar Anya bisa keluar dari dalam toilet. Namun akhirnya hanya keluar dari sana dia membuka pintu lalu memeluk Renata.

"Aku capek, Ren. Salahku apa?" tanya Anya dalam pelukan. Dia masih belum menyadari ada pak Oky di sana.

"Kamu nggak salah apa-apa, mereka aja yang dari awal iri sama kamu. Anya cantik, imut, pinter makanya mereka bikin gosip yang aneh-aneh tentang kamu padahal niat kamu di sini cuma sekolah. Iya kan?" ujar Renata lembut. Ia memeluk Anya seperti saudaranya sendiri. Dia melepasnya kemudian menggiring Anya ke tujuan yaitu Ruang BK. Pak Oky sudah menunggu di koridor.

"Ren! Nggak! Balik ke kelas aja!" seru Anya sembari menggelengkan kepala karena ketakutan. Dia berjalan mundur, dia menolak kalau harus ke ruangan BK dan membahas semua masalah ini. Perasaannya antara malu dan tidak mau mengungkap semua masalah yang terjadi pada pihak lain.

Tangan Renata menahannya agar Anya tidak kabur lagi. Saat itu jam pelajaran masih berlangsung, jauh dari waktu istirahat sehingga koridor masih sepi karena semua siswa sedang kegiatan belajar mengajar. Melihat itu pak Oky segera melerai antara Renata dan Anya.

"Sudah, kalian berdua ikut saya. Tidak semua murid yang masuk BK akan menerima hukuman. Kami para guru mencoba untuk membantu kalian Apabila ada permasalahan terutama tentang sekolah," jelas pak Oky.

"Pak, saya malu dan takut," Anya berkata demikian karena ini menyangkut foto dirinya dengan seorang guru. Kalau sampai terjadi sesuatu dengan kinerja pak Jamal sebagai seorang guru, itu akan menjadi masalah besar baginya.

"Kalau kamu merasa tidak salah, tidak akan ada rasa takut. Salah paham harus diluruskan, tadi kamu dicari sama anak dari SMK 21, dia mau membela kamu sayangnya dia dari sekolah yang berbeda," tukas pak Oky lagi.

"Nya, Bobby," kata Renata. Mulut Anya tiba-tiba ternganga karena Bobby benar-benar nekat melompat tembok menuju sekolahnya.