Erlangga menarik pinggang langsing Gendhis dan menempelkan tubuh calon istrinya itu di dinding kamar yang mereka berada sekarang. Posisi mereka yang terlalu dekat membuat jantung Gendhis berdebar sangat kencang.
"Ka-kamu terlalu dekat," Gendhis memalingkan wajahnya ke samping.
"Maafkan aku." Erlangga merenggangkan jarak diantara mereka. Ingin rasanya dia mencium perempuan yang sebentar lagi akan resmi mejadi instrinya itu. Naluri kelelakiannya mengatakan kalau dia berhak untuk melakukannya karena dia telah mengikat perempuan itu menjadi tunangannya.
Setelah keduanya menenangkan diri, Gendhis mengatakan,
"Kalau aku tidak ingin menikah denganmu, aku tidak akan mau menerima lamaranmu." Jawabnya dengan suara rendah sambil menundukkan wajahnya. Erlangga tersenyum mendengar ucapan sang perempuan. Mereka memang belum mengenal lama satu sama lain. Tapi, Erlangga merasa sudah langsung cocok pada Gendhis dan tidak ingin menunda lebih lama lagi.