Malam itu, adalah malam pertama pasangan Garin dan Widya sebagai pasangan suami istri.
Mereka menghabiskan malam indah itu di hotel mewah di puncak.
"Sayang...aku kok jadi gugup gini ya?" kata Widya.
"Sama aku juga!" Garin Anggara dengan senyum tersembunyi.
Ini bukan malam pengantin biasa, malam ini adalah malam pertama Widya di tubuh Karin Meydina.
Garin Anggara membayangkan kemolekan tubuh Karin yang kecoklatan. Sangat berbeda dengan tubuh Widya yang asli, putih pucat. Widya bertubuh kurus langsing, sedang Karin memiliki postur tubuh tinggi berotot khas atlet. Widya lembut manis, Karin tomboi, cuek.
Hati Garin Anggara Anggara sibuk membedakan dua wanita ini. Sekarang dia memiliki dua jiwa dalam satu tubuh. "Karin Meydina masih bisa muncul di tubuhnya sendiri!" Ki Joko, ayahnya, sudah mengingatkan Garin Anggara.
Garin Anggara tak peduli. Dia malah menantikan saat-saat itu.
Sementara itu, di ruang Perawatan khusus rumah Medika.
Jiwa Karin di tubuh Widya berontak berusaha membebaskan diri. Tapi tubuhnya terikat bagai di paku.
Karin merasa tubuhnya dikoyak-koyak, sakit, perih, lalu tenang, tenang, terasa nikmat dan indah.
Di tempat lain, tubuh Karin telah menyatu dengan tubuh Garin Anggara.
Widya menangis.
"Widya kamu kenapa kamu menangis?"
"Garin kok aku ngga ngerasa nikmat sih, malah aku seakan-akan berada di tempat lain!" Widya merasa tidak puas.
"Kok gitu sayang, kan tadi kamu mendesah menikmati percintaan kita!" Kata Garin pura-pura heran.
"Sumpah...aku gak ngerasa apa-apa!"
"Kalau gitu kita ulangin aja lagi!' Garin Anggara tersenyum, dia belum puas menikmati tubuh Widya, rasa Karin.
"Ogah...besok aja...kita masih punya waktu panjang nanti!" Widya balik tidur dengan rasa kecewa.
Sebenarnya tadi Garin juga merasa yang dicumbu dan gelutinya tadi bukan Widya, tapi wanita lain, Karin.
"Ayah benar! Karin bisa muncul sewaktu-waktu di tubuhnya!" Garin Anggara tersenyum memandangi istrinya. Dia tidak sabar mengulanginya, bercinta lagi dengan Karin.
Yang sebenarnya terjadi_
Karin memang masuk kembali ke tubuhnya selama beberapa saat, yakni saat Garin Anggara menyatukan anggota tubuhnya lebih dalam ke tubuh Karin. Jadi yang merasa sakit dan nikmat itu adalah Karin bukan Widya.
Widya tadi terlempar sejenak ke tubuhnya sendiri, lalu kembali ke tubuh Karin, saat Garin Anggara telah selesai sampai ke puncak.
Itu sebabnya Widya tidak merasa nikmat indahnya malam pertama pengantinnya.
Bulan madu pasangan pengantin itu berjalan singkat.
Mereka harus segera kembali pulang.
"Ayah mau kita apakan ruh si Karin?" tanya Widya kepada ayah mertuanya.
"Karin harus ikut mati bersama tubuhmu!" jawab Ki Joko.
Widya gugup. Pada satu sisi dia ingin kembali ke tubuhnya, tapi pada sisi lain, dia tak mau kembali ke tubuhnya yang sekarat!
******
Chapter 1. Perjalanan Supra Natural Karin Meydina
CERITA SEBELUMNYA,..._
Siang itu
Karin mendapat pesan dari ibunya, tidak biasanya ibu mengirim utusan supaya segera pulang, padahal biasanya beliau hanya menelpon, Karin langsung nurut tanpa banyak tanya. Cus! Pulang tanpa hambatan. Meski hujan lebat.
Hujan segera berkurang ketika dia lewat dengan motor bututnya.
Hari ini Karin terpaksa pulang, seorang wanita entah siapa namanya, dan dia menghilang sebelum Karin sempat bertanya lebih banyak. Surat singkat tulisan tangan ibu, sangat singkat dan tegas,
"PULANG"
Karin gugup. Pesan itu seperti hipnotis. Si jago merah, nama sepeda motornya, nama itu di berikan ibunya Karin, seperti judul lagu populer tahun 70 an, maklumlah, si Jago Merah ini adalah motor tua merek Honda, produksi tahuw 80 an, warisan kakeknya.
Zaman dulu punya motor seperti ini kerennya luar biasa, sudah di anggap orang orang kaya. Biasanya si Jago Merah agak rewel di hidupkan dan suka mogok, cari perhatian. Bikin Kesal. Malah bikin dia malu di kampus. Tidak jarang, si Jago ini minta sentuhan banyak orang. Alias di dorong dulu rame -rame baru mau jalan.
Eh hari ini tanpa stimulus apapun, malah hidup normal, larinya kencang, lancar, tanpa rewel, aman sentosa, menebarkan pesona di jalan dan menarik perhatian. Si Jago Merah ini mengalahkan si penunggang, pemiliknya, yang keren, manis, macho ala-ala cewek tomboi.
Tidak sampai 20 menit, Karin sudah bisa sampai ke rumah. Biasanya ia memerlukan waktu 1 jam untuk sampai ke rumah ibunya. Hari ini, Blas!!. Tiba di rumah dengan selamat, luar biasa, bebas hambatan, aman sentosa. Mantap.
Meski di dalam hati Karin punya keinginan mengganti si Jago Merah dengan merek sepeda motor terkenal sekarang yang sedang trend.
Tetapi karena si Jago Merah, adalah motor antik yang banyak cari dan harganya sudah sangat mahal, apalagi Karin yang tombol, hobinya otak - atik mesin, maka si Jago Merah tetap terpelihara dengan baik, dan selalu menjadi incaran kamera selfi yang tertarik dengan ketampanan si Jago Merahnya. Karin jadi sayang melepasnya. Apalagi jasa si Jago Merah luar biasa, tiada tara, dia sudah berjuang lama hidup sebelum Karin lahir, malah sebelum ibunya menikah.
Rumah ibu tampak sepi, biasanya rumah nyonya Ana, ibunya Karin, tak pernah sepi. Pada jam segini biasanya banyak pasien.
Nyonya Ana buka praktek dari pukul 7 pagi hingga 5 sore. l
Nyonya Ana sangat terkenal bukan hanya di Jakarta, tapi juga ke wilayah seluruh Indonesia, hingga ke daratan Asia dan juga hingga ke Timur Tengah.
Nyonya Ana bukan orang kaya, atau punya pendidikan tinggi. Ibunya itu hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa, hidup sederhana, tapi dia baik hati dan suka menolong. Dia seorang supranatural.
Rumah nyonya Ana, sangat sederhana, terapi nyonya Ana punya asisten hingga 10 orang, muridnya juga banyak.
Nyonya Ana selain pandai mengobati orang, juga mampu membantu seseorang naik jabatan, terkenal, menjadi pejabat, bahkan menyelamatkan para pejabat dari kejahatan politik, seperti tertuduh korupsi, suap, dengan cara menghilangkan barang bukti dan berkas perkara meski kasus seberat apapun.
Tetapi kalau itu perkara semata-mata fitnah dan intrik politik yang jahat.
Karin menemui ibunya di kamar. Nyonya Ana sedang menyiapkan seperangkat perhiasan wanita dari batu alam asli Kalimantan berwarna hitam terdiri dari, kalung, gelang , cincin dan anting, warisan leluhur kakek.
Menurut kisah perhiasan batu alam asli itu adalah mas kawin nenek buyut ketika menikah.
"Pakailah!" Kata nyonya Ana.
"Ogah...kayak dukun!" Karin tertawa meninggalkan ibunya di kamar.
"Kamu harus memakainya", Ibu bicara dengan lembut, terapi ajaib, Karin tak mampu menolaknya. Karin berjalan mundur mendekati ibunya dan membiarkan nyonya Ana memasang perhiasan itu di tubuh Karin.
Karin melihat bayangan dirinya di cermin. Cermin itu tidak berbohong, Karin berubah bukan lagi gadis tomboi, tetapi menjadi lebih cantik. Sangat cantik malah.
"Berangkatlah ke Turki", kata ibu sambil merapikan rambut Karin.
"Tugas negara", lanjut ibunya.
Bukan sekali dua Karin ditugaskan ibunya perintah melaksanakan tugas khusus seperti ini.
"Tugas apa?" Karin bingung. Jauh amat ke Turki, dia gak punya pasport dan dokumen lain untuk ke luar negeri. Karin membantah dalam hati.
"Berkas mu sudah siap kamu tinggal berangkat aja!"
Karin bengong.
"Setiba di sana serahkan perhiasan yang kamu pakai ini, dan ambil bungkusan yang di bawanya!"
"Bungkusan apa?"
"Kristal ungu. Itu benda gaib. Orang awam hanya bisa melihatnya seperti vas bunga biasa. Tetapi kamu tidak boleh membuka kotak kristal itu, sebab kristal itu akan berubah terang bila kamu sentuh!"
Karin tidak bisa bertanya lagi. Ibunya menutup wajahnya dengan tangan lembutnya. Seketika tertidur.
Ketika terbangun Karin sudah berada di mobil menuju Bandara.
Karin sudah berpakaian rapi berikut tas yang berisi pakaian ganti.
Sesampainya di Bandara, seseorang telah mengurus berkas keberangkatan. Pesawatnya berangkat 1 jam lagi.
Hari masih gelap, saat Karin melangkahkan kakinya memasuki pesawat.
Perjalanan ke Turki bukan untuk jalan-jalan atau senang-senang. Karin hanya beberapa jam aja di sana lalu balik lagi ke Jakarta.
Karin tiba di Istanbul Atatürk Airport.
Ini adalah kesempatan pertama Karin ke Istanbul, ia naik pesawat kelas bisnis.
Selesai check in di Terminal 2D, petugas mengarahkan ke Premier Lounge yang ada di sudut ruangan terminal.
Seorang wanita dengan kecantikan unik menghampirinya. Tubuhnya berjalan dengan ringan malah seperti melayang.
"KARIN!"
Suaranya sangat lembut dan seperti dari kejauhan tetapi terasa dekat di telinganya. Tangannya sangat lembut dan halus, dia memiliki harum yang khas bunga melati, seperti wangi kamar ibunya.
Karin seperti terhipnotis menatapnya. Karin memejamkan matanya sesaat. Detik berikutnya ketika mata terbuka Karin sudah berada di pesawat menuju pulang. Karin sudah berganti pakaian lain dan perhiasan di tubuhnya sudah menghilang.