Garin Anggara tersenyum senang, Karin yang tomboi, berpakaian asal, kadang sembrono, suka balapan motor, sekarang berada di atas ranjangnya siap bercinta dengannya.
Tapi tubuh itu sekarang milik Widya, kekasih tercintanya. Karin dan Widya sudah tinggal bersama sejak SMA. Mereka sudah resmi bertunangan sejak lulus SMA. Mereka sudah biasa bercinta. Tapi tubuh milik Karin masih suci, masih perawan.
"Widya... nanti saja!" Garin Anggara berhenti mencumbui Widya.
"Kenapa?" Widya kecewa.
"Tunggu Minggu depan...setelah menikah!" bujuk Garin Anggara.
"Aku mau sekarang!" Widya berbalik naik ke atas tubuh Garin Anggara.
Garin Anggara membalik tubuh Widya ke bawahnya.
"Sayang....tubuhmu ini masih perawan...masih suci...aku tak mau menodainya...tunggulah!" Garin Anggara membelai punggung Widya dengan lembut, mencium kening tunangannya itu penuh kasih sayang. Widya memandangi tubuhnya yang berbeda. Tubuh milik Karin.
Widya terdiam.
"Baiklah!" Dia bangkit dari tempat tidur dan memasang pakaiannya kembali.
"Mau kemana?" Garin Anggara memeluk Widya dari belakang.
"Pulang!" jawab Widya singkat.
"Pulang? pulang kemana?" Garin heran. Rumah Widya kan di sini, di rumahnya.
"Iya...aku tak ingin teman-teman Karin curiga!" jawab Widya.
Garin Anggara tersadar. "Kamu benar!"
Widya membuka tas ransel milik Karin, membuka dompetnya.
KTP, SIM A, SIM C, Kartu kredit, ATM, kartu mahasiswa, uang dollar Amerika nilainya satu jutaan rupiah.
"Gila nih cewek! uangnya dollar semua!" kata Widya.
Garin Anggara tertawa "Ternyata Karin itu kaya juga...lihat aku dapat apa!" Garin menunjukkan kunci mobil di ransel itu.
"Kunci mobil! Ternyata dia punya mobil juga!" kata Widya.
"Aku dapat kunci rumahnya...ayo kita ke sana!"
Garin Anggara memasang kembali bajunya.
"Yuk!" Pasangan kekasih itu berjalan keluar rumah masuk mobil, jalan menuju rumah Karin.
Mereka seperti menjarah tas ransel milik Karin. Bukan sekedar menjarah tapi merampok Karin, tubuhnya, identitasnya dan segala sesuatu yang menjadi milik Karin.
***
Garin Anggara dan Widya tiba di kos-kos an milik Karin.
Mobil sedan warna putih masih baru terparkir di halaman rumah. Rupanya Karin dan teman-temannya naik taxi online ke kampus.
Garin Anggara menyalakan lampu. Rumah Karin sangat rapi dan wangi.
"Dia pembersih juga!" kata Garin Anggara memuji Karin. Kamar tidurnya tertata rapi. Biar tomboi Karin rupanya orangnya sangat rapi dan bersih. Tak ada sampahnya.
Ada mobil lain yang datang.
"Cepat kita ke ruang tamu...kamu duduk di sana!" Widya menyuruh Garin Anggara duduk di ruang tamu. Karin ke teras menyambut Bella dan Katrina.
'Hei kamu sudah pulang rupanya! kami Lo sampe capek cari kamu di pesta!" kata Katrina.
"Kamu lupa lupa ya, aku kan pulang duluan!" jawab Widya/ Karin.
"Astaga kok aku lupa sih!" Bella tepuk jidat.
Mereka masuk.
"Ada siapa di dalam!" Katrina menentukan depat6 pria di depan pintu.
Dia menyeruduk masuk, penasaran.
"Lho Garin! Kamu kok di sini?!" Katrina tercengang.
"Aku mengantar Karin!" sahut Garin kalem.
"Iya aku lupa... kamu tadi pamit pulang duluan...kok kita bego amat ya Bel...nyari-nyari Karin di kampus!" kata Katrina.
"He-eh!" sahut Belia lugu.
Garin Anggara dan Karin tertawa gelak, kompak. Katrina dan Belia saling pandang.
Heran! Karin baik sama Garin. Padahal dia paling tidak suka sama pria playboy itu. Tapi tadi dia sudah menolong Karin. Mungkin karena itu Karin baik ke Garin.
Bella berpikir, sebenarnya, Garin Anggara yang tampan ini cocok untuk Karin yang tomboi. Mereka serasi.
'Apa Garin naksir Karin ya? tapi dia kan tunangan Widya!" Belia berkata dalam hati.
"Aah!"_ Belia menepuk pipinya, membuang pikirannya tadi.
"Kenapa kamu Bel?" tanya Katrina.
"Ngga papa!" Belia kembali normal.
'Eh... kami dapat dorprize lho...taraaa...!" Katrina mengeluarkan amplop putih "Tiket ke Hongkong!" Katrina dan belia menubruk Karin dan memeluknya erat. Karin gelagapan. Goyah ke belakang.
"Akhirnya impian kita terwujud!" kata Katrina. Dua orang itu memeluk Karin, tak menghiraukan Garin Anggara.
Garin pamit pulang.
***
Keesokan harinya, Karin menemui Bella dan Katrina di kampus.
"Aku menerima lamaran Garin!" kata Karin tiba-tiba.
"APA?!!" dua gadis itu berteriak nyaring, kaget.
"Apa-apaan ini? Karin kamu tidak waras!" Katrina memegang jidat Karin. Adem.
"Karin kamu serius!" tanya Belia.
"Aku Serius!" sahut Karin mantap.
"Tapi...dia sudah punya tunangan!" kata Belia.
Mereka sudah putus!"
"APA!!!??"
Karin mengangguk.
"Tapi...kamu kan tidak suka Garin?!" kata Katrina.
"Aku berubah pikiran. Ternyata Garin baik banget orangnya, perhatian...nih lihat dia kasih hadiah!" Karin membuka sebuah kotak berisi jam tangan mahal cantik.
Katrina dan Belia berpandangan. Karin berubah. Dia kok jadi gini dalam semalam.
Karin jadi feminim, pakai dress di atas lutut, berdandan ala cewek-cewek. Kukunya juga di kasih cat warna-warni.
"Karin kamu kenapa gini?" tanya Belia sedih. Karin tersenyum lembut.
"Minggu depan kami menikah!"
"WHAT!"
"Secepat itu?!"
"Lebih cepat lebih baik!"
"Tapi kami kan berangkat ke Hongkong Minggu itu!" kata Katrina agak kesal.
"Jangan khawatir, kamu hanya akad saja, hanya dihadiri keluarga. Pestanya menunggu kalian datang dari liburan!"
"Tapi maksud kami...kamu ikut kami ke Hongkong!" sahut Belia hampir menangis.
"Pernikahan itu tidak bisa ditunda. Berangkatlah...gak papa...ku tunggu kalian...oh ini ambillah!" Widya alias Karin menyerahkan uang dollar milik Karin, juga kartu kredit dan ATM milik Karin.
"Nomor PINnya kalian masih ingat kan...pakai saja sepuas kalian!" kata Widya.
"Apa ini? Ini kan milikmu?"
'Pakai aja...anggap aja itu pengganti diriku!" Karin tersenyum. Senyum yang aneh. Bukan senyumnya seperti senyum Widya.
Belia mengucek matanya, barusan dia melihat Karin berubah jadi Widya. "Aku salah liat apa?!" Belia jadi bingung.
Kok dia merasa Karin seperti orang lain. Cara bicaranya, senyumnya dan gaya berpakaiannya sangat berbeda. Itu gaya Widya. Karin meniru Widya!?
"Oh Tuhan. Kok Karin meniru Widya dan mengambil tunangan Widya, padahal gadis itu sedang sakit parah". Diam-diam Belia jadi sedih. Sahabatnya telah berubah.
***
Keberangkatan Katrina dan Belia ke Hongkong tidak bisa di tunda. Mereka mengikuti jadwal yang di buat oleh panitia .
Sementara itu pernikahan Karin dan Garin tidak bisa di tunda juga. Karin memutuskan menerima lamaran Garin Anggara tanpa pikir panjang. Menikah begitu saja, tak peduli perasaan dua orang temannya.
"Kok Karin gitu ya?" kata Belia ketika telah berada di pesawat.
"Sudah...kita tak boleh menghalangi jodoh orang. Karin dan Garin Anggara sudah berjodoh. Yang penting mereka bahagia...kamu gak liat apa .. beberapa hari ini Garin dan Karin mesra begitu... mereka malah tak malu berpelukan di depan kita...kasihan kalau ngga segera di nikahkan...orang mereka sudah mabuk kepayang gitu!" kata Katrina menyadarkan Bella.