Gadis itu babak belur, sang Nenek mendekati dan menangis, menarik orang yang membawa gadis itu, namun malah terlempar. Ana menahan tubuh renta itu. Khafi dan Ana saling menatap bingung.
Langkah cepat dari keduanya mengikuti beberapa orang di depannya. Yang membawa paksa gadis itu tanpa ampun. Segerombol orang itu membawa gadis ke Kantor Polisi.
"Apa nenek itu saksi? Hanya dia yang membela gadis itu," ujar Khafi, Ana berfikir.
"Pasti! Tapi dia tidak bisa membuktikan karena tidak bisa bicara. Tapi melihat pakaian gadis itu robek-robek saat dia mendorongmu. Aku merasa aneh dengan itu," ucap Ana, keduanya semakin berjalan cepat.
"Bagaimana kalau Nenek itu kita suruh menulis menulis? Siapa tahu dia tahu kejadiaannya." Khafi bertanya, Ana menghentikan langkah. Khafi menoleh.
"Ih ... Kamu jenius," ucap Ana gemes lalu mengacak-acak rambut Khafi. Saat itu, ada kebahagiaan tersendiri namun juga takut, takut jika Ana memiliki perasaan lebih kepada Khafi.