"Bagus kalau seperti itu. Dengan mudahnya kamu mendapatkan siapapun pasti kamu akan mudah juga melepas Ina. Bukan begitu?" pertanyaan Aqsa itu memang benar-benar menyakitkan hati Madina.
'Sebisa apapun aku berusaha tidak mendengarkan, tetap saja telingaku masih mendengar semuanya,' kata Madina dalam hati lalu menutup telinga dengan bantal sambil memutar musik.
"Apa kamu kira aku akan mengembalikan Ina kepadamu, walaupun kamu akan memberi semua warisan itu? Sadar, sadar! Ina benar-benar sudah hancur di tanganku. Gila. Jika kamu masih menginginkannya. Kamu masih punya kesempatan dan kamu orang baik, seharusnya kamu bersanding dengan orang baik. Madina itu lebih dari segalanya dan memang pantas untukmu. Aku hanya kasihan saja Bagaimana kamu bisa mengemis sebuah cinta seperti itu. Sebenarnya semua rasa bahagia aku ini hanyalah hasrat belaka. Aku sangat menikmatinya dan aku tidak akan takut kepada apapun."