"Assalamualaikum," suara Mahis dan Aya berpamitan mereka masuk mobil
"Wa'alaikumsalam," jawab Omanya di tengah pintu.
Mobil Mahis ganti Kijang Inova, terbaru, hpnya juga ganti karena sudah tidak ingin berhubungan dengan mantan pacarnya lagi.
"Oma meminta orang untuk mengawasi kegiatan kita, jadi kita harus berpura-pura mesra." Merasa ucapnya tidak direspon, Mahis melirik dan memperhatikan istrinya, ada kabel di bagian luar baju Aya, jelas itu kabel handset yang menutupi telinganya, Mahis mencabut coknya, lagu kesukaan Aya didengar Mahis.
Aya melihat ke Mahis yang fokus menyetir. "Kenapa di lepas."
"Tidak mendengarkan suami itu dosa." ujar Mahis dengan nada tinggi. Aya melotot tapi hanya hitungan detik ia berpaling karna tak sanggup melihat tatapan elang dari Mahis.
"Mengancam! Tidak menafkahi batin juga dosa!" Aya melawan. Mahis menghentikan mobil. Aya terjadug, ia membuang wajah.
"Kamu minta di nafkahi batin? Berani?" tantang Mahis seketika Aya menelan ludah. Mahis mendekat sangat dekat dengan pipi Aya yang mulai merona, Aya takut bola matanya kesana-kemari.
"Sudahlah jangan mimpi aku akan tertarik kepadamu. Lagian, berarti kita sama-sama dosa karena saling memanfaatkan. Hehehe," kata Mahis tertawa remeh, dan kembali duduk lalu melanjutkan perjalanan.
'Aku harus bersabar menghadapinya. Bismillah mudahkan dia untuk dapat mencintai hamba ya Allah.' batin Aya, Aya menikmati pemandangan. Pemandangan yang sangat indah di pagi hari.
"Pakai sabuk mu? Ada apa ini kok tiba-tiba ada Polisi." bicaranya pelan, Aya mencoba memakai sabuk pengaman.
"Tidak bisa." Aya tidak berani melihat Mahis, Mahis tidak berkata namun membantunya.
"Kamu ini," keluhnya, Mahis menunjukkan surat izin mengendarai dan lainya. Ia pun di perbolehkan pergi.
Setelah menginjak gas, Mahis melihat wanita yang tidak lain adalah mantan kekasihnya dengan pria lain, sedang asik bercumbu di pinggiran pantai. Mahis tidak dapat mengontrol emosinya, ia melaju dengan kecepatan tinggi, raut wajah marah, Kanaya memandang suaminya.
Kecepatan laju mobil melesat, membuat Aya tidak mengerti apa mau suaminya. Dia berpegangan erat.
Dengan wajah Mahis yang sangat marah Aya terkejut, ia berpegangan dengan semakin eratnya. Mahis menginjak rem, mendadak. Lalu ia membuang napas berurutan berkali-kali, napas yang desahannya tedengar sangat menyakitkan.
Mobil berhenti, Mahis menoleh kepada Aya dengan tatapan tajam penuh dengan arti. Aya bingung dan takut. Mahis mendekat ke Aya, dengan cepat ia mencium bibir Aya. Mata Aya terbelalak lalu mendorong dada Mahis, Mahis memeluknya semakin erat dan tidak melepaskan istrinya. Ciuaman itu berlangsung beberapa menit, jantung Aya berdegup sangat cepat, ia tidak menduga, jika Mahis akan seperti itu, Aya tidak tahu kalau ia hanya pelampiasan dari kemarahannya, Aya tidak tahu kalau Mahis baru saja melihat adegan dewasa mantan kekasihnya dengan pria lain.
'Apa dia sudah mencintaiku. Apa benar ini ungkapan cinta? Tidak mungkin, sangat mendadak jika dia mencintaiku,' batin Aya terus berfikir.
Mahis melepas ciuman itu. "Apa yang mengenakkan dari ciuman ini," ujar Mahis pelan, tangannya meremat tangan Aya, Aya kesakitan.
Mahis melepaskan Aya, dan kembali menancap gas mobilnya, tangan Aya memerah, Aya yang tidak faham dan merasa sakit di bibirnya lalu membuang wajah kearah lain, air matanya melintasi garis di pipinya, Mahis pun diam membisu setelah melakukan cium paksa.
'Apa? Sebenarnya ada apa? Kalau cinta tidak menyakiti, tapi dia sangat menyakitiku, kanapa dia? Entah apa yang merasukinya?' batin Aya, Aya menghapus air mata dan menyembunyikan rasa sesak.
Wajah Mahis sangat menakutkan kemarahan menguasainya. Aya semakin tidak kuat, tidak dapat membendung lagi, bulir bening kristal menetes membasahi pipinya. Ia terus menangis dan melihat pemandangan indah namun hatinya remuk. Menangis tanpa suara lebih menyesakkan dada.
"Setelah sampai Villa aku yakin orang suruhan Oma berhenti memantau. Jadi tidak perlu berpyra-pura. Jangan pernah mendekatiku. Kita satu rumah beda kamar. Jangan pernah masak untukku, jangan pernah menyentuh bajuku. Ingat, atau aku tambah membencimu." Mahis berbicara cepat.
"Terserah kamu. Bukankah itu sudah ada diperjanjian?" Aya pasrah, ia membuang napas, dan kembali mendengarkan lagu, lewat handset.
Lagu favoritnya dewa 19, dengan pejaman mata ia bernyanyi dengan suara pelan
'Aku bisa membuatmu, jatuh cinta kepadaku, meski kau tak pernah mencintaiku, beri sedikit waktu, Ya Allah kalau hanya aku yang berjuang itu pasti sangat sulit, mudahkan ya Allah ...' Aya membuka mata, lalu duduk tegap. Kesabaran Aya seakan habis.
"Kita perlu bicara," ajak Aya tidak di respon, "Aku tidak mengharapkan apa-apa? Balas cintamu pun tidak. Tapi aku manusia, kamu menyakitiku. Jika memang tidak mau memgenal dan saling belajar oke. Turunkan aku di sini. Kita sudahi kepura-puraan ini!" pinta Aya mulai emosi Mahis mengerem mobilnya, Aya turun, Mahis melanjutkan perjalanan. Ia sama sekali tidak peduli dan pergi begitu saja.
Aya berjalan pelan, ia tertatih, dadanya semakin sesak ia teriak, sekuat tenaga untuk bisa melepaskan jeratan di hatinya. Ia berdiri di pinggiran pantai dan berjalan terus. Lalu ke bibir pantai.
"Rugi rasanya jika mengakhiri hidup, dengan cara seperti ini.." Aya membasuh tanganya yang memar dengan air laut.
"Enaknya makan nih," ujar Aya, ia kembali ke jalanan Raya. Empat orang pria datang mendekatinya.
Aya mulai takut ia berlari, sekuat tenaga, namun mereka mengejar dengan motornya, Aya melihat dua gadis. Ia mencoba meminta tolong, namun dua gadis itu lari duluan.
"Tolong, tolong! Tolong. Huft huft hiks. egh, heh...." Kaki Aya terluka karena ia sengaja melepas sepatu haknya, ia berharap agar larinya lebih cepat. Dengan detak jantung yang memburu dengan rasa takut yang hebat, Aya terus berdzikir.
Datang seorang pria dengan motor gedenya, ia yang menolong Aya. Dan berhasil memukuli orang-orang itu.
"Terima kasih," ujar Aya lega, namun ia sangat ketakutan. Air matanya berderai dengan deras, kecewa Mahis tidak kembali. Semarah apapun wanita mereka selalu ingin di kejar, dan pria selalu tidak peka akan kemauan dari kaum hawa.
"Kamu tidak papa Mbak?" tanya Pria itu menenangkan Aya, "Nih Mbak." ia mengambilkan minum dari ranselnya, Aya minum ia sangat histeris.
'Ya Allah trimakasih Engkau mengirimkan orang baik.' batinnya, saat Aya sedang minum Pria itu mendekat, Aya terkejut, matanya terbuka lebar, dan Deg suara jantungnya. karena pria itu menarik paksa Aya, Ia menggigit pria itu, dan berlari, kakinya penuh luka. Pria itu mengejar Aya, jalanan sangat sepi, tidak ada yang bisa membantunya. Hanya Allah yang melindunginya. Berlari dengan sekuat tenaga, ia terjatuh, tersandung. Pas di depan mobil, Aya tidak sanggup berdiri, Pria itu semakin mendekat, keluar pria dari dalam mobil.
Jotosan, peperangan antara lelaki dengan kekuatan tangan. Aya membuka mata, ia sangat lemas ia tersenyum.
"Beraninya kau!"
Buks!
Ya, itu suara lantang dari Mahis. Mahis memukuli pria itu, sampai tidak berdaya. Mahis melihat Aya, ia berlari dan segera membopongnya masuk ke dalam mobil.