Hari-hari berlalu dengan cepat, Ahsan disarankan untuk membacakan surat-surat cinta dari Almarhum. Ayah mertuanya pergi ke Jakarta karna cucu dari anak pertamanya sedang sakit. Ahsan mengusap kaki dan lengan Salwa, dengan air hangat.
"Beh ... Jan seputih salju.
Hai nona muda, betah banget tidurmu, pastes tubuhmu lemas bagai karet, lentur banget. Apa kau tau? Aku dipaksa mengucapkan ijab qobul satu minggu yang lalu. Aku senang karna mendapat istri yang cantik dan juga kaya. Tapi ... Aku akan tersiksa jika kamu terus semena-mena dan tiada rasa iba kepadaku. Makanya lanjutkan tidur panjangmu, maaf aku cuma bercanda, jangan menjambakku, atau menendang alatku," ujar Ahsan berbaring disamping istrinya yang masih rapat dalam pejaman matanya.