Suasana makin menjadi tegang. "Madina kalau kamu teriak. Aku akan menyakiti Azka. Jadi keluar saja, dan layani kami bertiga. Jika kamu berhasil melayani kami dengan baik dan sempurna, kami akan sering-sering datang kemari dan membayarmu dengan bayaran yang mahal. Ayolah Madina ... tidak usah sembunyi seperti itu. Tidak akan bisa dan tidak akan ada orang yang menolongmu. Kamu tahu, dulu saat aku menginginkan kamu dan melamarmu. Aku pura-pura soleh, Aku bekerja keras. Tapi Bunda mu, malah menjodohkanmu dengan Galang. Aku patah hati lah, aku dendam lah. Karena sudah tidak ada ayahmu maupun Bundamu. Aku ingin menuntaskan hasrat terpendam ku."
Suara laki-laki itu benar-benar berada di balik pintu kamar mandi. "Ayolah Madina ... janganlah kejam. Kamu sudah dengar dan sekarang lihatlah, anakmu sudah menangis. Jadi cepat keluar. Kamu tidak usah kuatir soal bayaran kami akan selalu menafkahimu batin maupun lahir. Kamu tinggal bilang saja kamu ingin uang berapa. Aku akan memberikannya."