Hati Dina sebenarnya masih sangat ragu untuk memilih pemuda itu sebagai Imamnya, namun dia terpaksa agar Gilang bisa segera menikah juga. Siang nanti pemuda itu akan datang kerumah Dina, namun Dina dalam kebimbangan dan diserang rasa takut yang mendalam. Air matanya berlinang dalam dekapan bantalnya, gadis cantik itu sangat terisak dia tidak berani mengungkapkan apa yang ada di dalam isi hatinya. Rasa sakit yang menggumpal di dalam dada hanya bisa dilakukan dengan menetesjan air mata dengan deras.
"Dina, Kakak tahu kamu menangis, dengarkan aku, aku tidak akan memaksamu karena semua adalah petunjuk dari Allah subhanahu wa ta'ala. Dina yakini hatimu, jangan terpaksa karena aku, dina kita itu sudah ada jodohnya masing-masing, kamu tidak usah takut kalau aku tidak menemukan jodohku. Setiap manusia sudah ada jodohnya masing-masing kalaupun tidak bertemu jodoh ya bertemunya ke pemakaman, hahaha aku bercanda," ujar Gilang menghibur di depan pintu. Dina membuka pintu