Khafi merasa aneh, ketika melihat ponselnya. 'Satu atap pake telepon. Bunda ... bunda.'
"Sebentar Mas." Khafi tidak menjawab telepon itu dan segera menghampiri bundanya.
Wanita paruh baya itu meng-screenshot, semua chat yang dikirimkan Aqsa. Wanita itu mengirimkan ke nomor Khafi. Khafi sangat terbelalak dan langkahnya terhenti ketika membuka chat itu. Dia menatap bundanya. Senyumnya mengembang sempurna namun matanya berkaca-kaca.
Wanita yang melahirkannya, memberi jari telunjuk di depan bibirnya. Selalu mengetik.
[Maafkan Bunda yang merahasiakan sejak awal. Sekarang, jemputlah Aqsa. Rahasia kita, Bunda ingin memberi hadiah terindah untuk wanita shalihah yang tengah duduk dan mengaji di sana. Sekarang amanahmu adalah menjemputnya.]
Khafi mengangguk, menangis bahagia. Dia setuju dan bergegas.