"Jangan minta maaf. Ini sudah kehendak Allah. Allah lebih mencintainya dari pada aku. Aku yakin di manapun tempatnya Kak Aqsa akan bahagia," ujar Dina lalu berjalan ke ruang tamu.
"Sini," panggil sang ayah. Dina duduk, kini bahu bersandarnya adalah sang Ayah dan bundanya. Selama dua hari Dina sibuk menenangkan hati dengan berserah diri kepada Allah.
"Memang berat harus menerima sesuatu yang tidak kita inginkan, terlebih kita rasa musibah adalah suatu hal yang buruk. Namun, ketika kita percaya bahwa Allah adalah Sang Pembuat skenario terbaik, menerimanya dengan lapang dada adalah jalan terbaik. Tetap berprasangka baik kepada-Nya."
"Ayah ... tegur aku, nasehati hatiku, ini ... hik hik hiks est ...." pinta Dina yang kembali berderaian air mata. Wanita paruh baya mengusap air mata sang putri lalu memeluknya penuh kasih sayang.