Puas menangis selama hampir tiga puluh menit, akhirnya Orchidia menenangkan dirinya. Perasaannya sedikit lega, dan semakin tenang karena Arabella sangat mengerti dirinya. Pelukan dan tepukan lembut dari Arabella membuat Orchidia nyaman.
" Aku akan mengikuti semua rencanamu, Arabella. Gunakan aku, keluargaku, dan semua yang ku punya untuk menjalankan rencanamu " ujar Orchidia setelah tenang.
Arabella menyuapkan dessert yang terbuat dari raspberry itu ke Orchidia, " enak kan?"
" Iya, enak sekali! Astaga, bagaimana bisa tempat yang mempunyai makanan seenak ini sepi?" balas Orchidia yang terkejut dengan rasa nikmat yang menghampiri mulutnya setelah memakan Dessert itu.
" Entahlah, makan saja dulu. Oh iya, saya akan memberitahu Anda banyak hal, jangan sedih. Waktu kita masih banyak " ucap Arabella sambil mengunyah Dessert lainnya.
" Terima kasih, Arabella. Jika tidak ada dirimu, aku bahkan tidak akan pernah bisa berpikir bahwa diriku bisa terlepas dari Vivaldi " gumam Orchidia.
" Anda harus terlepas dari kediaman Falzen, tempat memuakkan itu akan membunuh siapapun yang berhati baik. Tempat itu hanya ditinggali oleh para iblis jahat " gerutu Arabella.
Orchidia menatap Arabella dengan tatapan penasaran, ia ingin tau kenapa Arabella tampak sangat mengetahui semua situasi saat ini dan membenci orang di kediaman Falzen.
Arabella memiringkan kepalanya dengan gaya imut, " biar saya tebak, Anda pasti sedang penasaran kenapa saya membenci mereka kan?"
" Sejujurnya, iya. Tapi aku akan menunggu sampai kamu siap menceritakannya " jawab Orchidia.
" Hm, " Arabella berdeham pelan, " suatu hari nanti, setelah kita sudah terbebas, saya akan memberitahu Anda. Untuk saat ini, maaf. Saya masih tidak bisa. "
" Tidak masalah, sayang. Kamu tidak harus memberitahu ku masalahmu. Tapi, ingat ya.. bahwa aku akan terus mendukungmu " ucap Orchidia lembut sambil mengusap pipi Arabella penuh kasih.
Hati Arabella menghangat, matanya mengabur, air mata menggenang di pelupuk matanya.
" Ah.. saya jadi ingin menangis karena ini pertama kalinya ada yang menunjukkan kasih sayang pada saya seperti ini " kekeh Arabella sambil mengipasi wajahnya.
Perkataan Arabella semakin membuat Orchidia sedih, ia kini mulai paham bahwa Arabella kuat karena dirinya memang harus begitu. Tidak ada orang yang bisa menjadi sandaran Arabella, tidak ada orang yang melindungi Arabella.
" Arabella, mungkin kita baru saja dekat, bahkan mungkin belum sehari. Tapi entah kenapa, aku sudah sangat menyayangimu. Aku benar-benar menganggapnya putriku, jadi.. kamu juga harus bahagia. Aku akan memberikan dukungan dan membantumu sebaik mungkin. Arabella-ku harus bahagia, paham kan sayang?" pinta Orchidia dengan senyum sendu.
Air mata yang Arabella tahan-tahan akhirnya lolos, perasaannya menghangat dan nyeri di saat yang sama. Orchidia benar-benar seperti pengganti ibunya. Kebaikan hati wanita itu sejak dulu tanpa pamrih. Arabella bersyukur masih ada orang yang menyayanginya. Orchidia menarik tubuh mungil Arabella ke dalam pelukannya. Ia memberikan dekapan hangat pada gadis muda yang ia anggap seperti anaknya itu.
" Saya juga.. menyayangi Anda, Ibu " bisik Arabella sambil menangis. Selama ini, Arabella selalu bersikap kuat dan tegar. Namun Orchidia adalah orang yang sangat berarti bagi Arabella. Ketulusan Orchidia menusuk hati Arabella.
Lagi-lagi dua wanita itu larut dalam luapan perasaan mereka. Apalagi Orchidia, ia menangis terharu karena di panggil Ibu oleh Arabella.
Diam-diam Ancel yang mengintip mereka berdua pun menangis sedih, ia tidak menyangka Nona cantik yang baik hati itu ternyata hidup dengan menyedihkan juga.
*****
Sesi menangis selesai. Arabella dan Orchidia kembali berbincang seperti biasa sembari menikmati makanan mereka.
" Saya kira kira sudah cukup lama di sini, ternyata baru satu jam lebih ya " ujar Arabella setelah melihat jam yang Orchidia bawa.
" Benar. Mungkin karena menangis, jadi terasa lama " kekeh Orchidia.
BRAKKK
Pintu kafe itu di dobrak paksa oleh beberapa pria bertubuh besar, Orchidia seketika memeluk Arabella seolah ingin melindungi gadis itu. Tindakan sederhana Orchidia membuat Arabella tersenyum tipis.
" AMATO! BAYAR HUTANGMU!" bentak pria yang sepertinya ketua kelompok penagih hutang.
Amato dan Ancel berlari keluar dari dapur mereka, " Tobi, tolong beri kami waktu lagi. Kamu lihat kan? Akhirnya Kafe ini didatangi tamu " ujar Amato.
Tobi si ketua penagih hutang itu melirik Arabella dan Orchidia yang menurutnya seperti keluarga bangsawan, " justru itu! Kamu harus membayarnya sekarang juga, atau aku akan menyita toko busukmu ini " ancam Tobi.
"
" Jangan! Aku mohon, jangan Tobi. Ini satu-satunya harta yang aku miliki. Tolong berikan aku waktu sampai kafe ini sedikit stabil " pinta Amato memohon.
Amato bahkan sampai bersujud di depan kaki preman yang bernama Tobi itu, sementara Ancel mulai menangis terisak. Ia ikut bersujud dan memohon.
" Tidak bisa! Bayar sekarang juga!" bentak Tobi tak peduli. Tidak ada rasa kasihan sedikitpun dengan Kakak beradik yang bersujud di depan kakinya itu.
Arabella bangkit dari duduknya, namun Orchidia menarik tangan Arabella untuk menahan gadis itu melakukan apapun.
" Jangan lakukan apapun, Arabella. Mereka itu preman " tegur Orchidia dengan nada khawatir.
" Tidak apa-apa, Ibu. Saya akan baik-baik saja, " balas Arabella menenangkan. Ia dan Orchidia sepakat bahwa Arabella akan memanggil Orchidia dengan sebutan ibu saat hanya ada mereka berdua.
Orchidia yang selalu percaya pada Arabella pun mengangguk pasrah.
" Namamu Tobi kan?" celetuk Arabella yang kini berjalan dengan tenang.
" Ya. Ada urusan apa? Mau meminjam uang juga?" balas Tobi. Matanya mengamati penampilan Arabella yang tidak begitu mewah, namun tingkah lakunya mencerminkan wanita bangsawan.
" Berapa total hutang yang dimiliki oleh Amato?" tanya Arabella.
" 50 Gold, dengan bunga hutang dan denda keterlambatannya 5 Gold " jawab Tobi.
' Uangku cukup, dan masih ada sisa. Apakah aku bantu saja? Hitung-hitung investasi, karena tempat ini pasti akan terkenal dan sukses luar biasa di masa depan ' pikir Arabella menimbang-nimbang.
" Mana surat hutangnya? Kamu bawa? Aku yang akan membayar hutang Amato sampai lunas, dan aku juga akan memberimu sedikit uang untuk menjaga keamanan kafe ini. Bisa kan?" tanya Arabella.
Tobi si mata duitan tentu saja senang, " bisa, Nona. Silahkan duduk, mari kita bicarakan hal ini lebih lanjut!" ajak Tobi dengan semangat menggebu-gebu.
" Nona, maaf... Jangan merepotkan diri Anda, kami akan berusaha sendiri dan ji-"
" Diam saja. Saya ingin membantu kalian, dan kita bahas nanti lagi. Yang penting kafe Anda tidak di sita, kan?" potong Arabella sebelum Amato mencegahnya membayarkan semua hutang pria itu.
' Aku kan ingin berinvestasi, masa tidak boleh? Keuntungan jangka panjang, tidak akan ku sia-siakan ' batin Arabella senang.
Orchidia ingin mencegah Arabella, tapi sudah terlanjur. Ia tau gadis itu pasti tidak akan mendengarkan ucapannya. Arabella itu pasti sudah yakin dan memikirkan semua hal sebelum mengambil keputusan.
" Ternyata begini rasanya punya anak, " gumam Orchidia sambil tersenyum.
Akhirnya, urusan hutang Amato selesai. Kafe ini aman, dan kelompok Tobi pun menjamin akan menjaga Kafe milik Amato.
Arabella tersenyum lebar, ' rencanaku untuk hidup kaya sampai tua mulai berjalan!' serunya dalam hati.