Seorang gadis dengan rambut panjang berwarna keemasan mematut penampilannya di cermin dengan puas, hari yang ia tunggu-tunggu selama 11 tahun terakhir akhirnya tiba. Yaitu hari dimana ia dijemput untuk dibawa tinggal ke rumah Marquess Falzen, tempat ayah kandung dan para selirnya tinggal.
Tempat yang terasa seperti neraka baginya, dikehidupan yang lalu. Nama gadis itu adalah Arabella Fay Falzen, tahun ini ia berumur 17 tahun. Satu-satunya putri dari istri sah Marquess Falzen, Vivaldi Falzen. Pria yang telah berselingkuh sebelum pernikahan. Arabella terlahir kembali setelah meninggal diusia 21 tahun karena disiksa oleh Marquess Scott, pria tua buncit yang menikahi Arabella secara paksa. Arabella disiksa sampai meninggal karena memang pria itu selalu bergonta-ganti istri, penyebabnya tidak lain karena Marquess Scott adalah pria yang selalu melakukan kekerasan pada semua istri maupun selirnya. Selama 4 tahun sebelum pernikahannya pun, Arabella disiksa sampai berulang kali hampir mati oleh Ayah maupun selir pertama dan anak-anaknya.
Dikehidupan kali ini, Arabella akan membalas mereka semua. Arabella bukan lagi gadis bodoh seperti dulu, karena ia telah mempersiapkan dirinya sejak 11 tahun yang lalu setelah terlahir kembali. Gadis itu mempelajari semua kemampuan yang diperlukan untuk melawan keluarga Marquess Falzen dan Marquess Scott.
TOK TOK TOK
" Masuk " Arabella mempersilahkan.
" Permisi, Nona Arabella Fay Falzen. Saya Bastian, bawahan Marquess Falzen yang menjemput Anda " sapa seorang pria paruh baya. Arabella ingat, pria malang ini akan meninggal nanti karena melindungi Arabella saat mereka di serang perampok di perjalanan menuju kota. Dan tentu saja itu perbuatan ibu tirinya, selir pertama yang bernama Rose lantaran tidak ingin pewaris sah keluarga Marquess Falzen kembali.
" Senang bertemu dengan Anda " balas Arabella penuh keanggunan.
" Sebelumnya saya akan mengingatkan kembali bahwa Anda memiliki perjanjian tunangan dengan putra kedua Menteri Keamanan Kerajaan ini, nama putra kedua itu adalah Jovan Kingston yang kini menjabat sebagai Komandan pasukan pelindung istana " tutur Bastian.
Tentu Arabella tau, alasannya dijemput untuk tinggal di kediaman Marquess Falzen pun karena hal ini.
" Saya ingat, " jawab Arabella dengan cepat.
Bastian tersentak, kaget dengan cara bicara formal yang Arabella lakukan sejak tadi. Sebagai putri seorang Marquess, Arabella diperbolehkan berbicara informal pada bawahan ataupun orang yang bergelar lebih rendah darinya.
" Anda tidak harus bicara formal pada saya, Nona " tegur Bastian penuh hormat. Ia ingat kebaikan Nyonya Marchioness padanya dulu.
" Tidak apa-apa, saya merasa lebih nyaman ketika menghormati orang yang lebih tua. "
" Baiklah, kalau begitu silahkan Nona membereskan barang-barang untuk bersiap menuju kediaman Marquess di kota. Kita akan berangkat besok pagi pukul 07:00, setelah urusan persiapan Nona selesai jangan lupa istirahat yang cukup. Saya undur diri, Nona. Jika Nona membutuhkan sesuatu, saya ada diruang tamu bersama pengasuh Anda " pamit Bastian lalu meninggalkan Arabella.
Setelah kepergian Bastian dari kamarnya, Arabella menghempaskan dirinya ke kasur. Wajahnya tampak sumringah, " Marquess Falzen, anakmu datang untuk membayar kembali jasamu.. " kekeh Arabella sambil menutup wajahnya.
Namun beberapa saat kemudian, setitik air mata menetes dari matanya, isakan kecil terdengar dari bibir tipisnya, " kalian semua yang membuatku hidup dalam neraka " bisik Arabella disela-sela isakannya.
*****
Keesokan paginya, Bastian dan Arabella sarapan bersama pengasuhnya, putri dari Baron Narol yang bernama Delilah.
Delilah tampak sedih, Nona yang ia asuh selama belasan tahun akan pergi meninggalkannya. Dengan lemas, diletakkannya sendok ke meja dan menatap Arabella dengan pandangan memohon.
" Nona, saya mohon biarkan saya ikut dengan Anda. Saya benar-benar tidak butuh gaji, yang saya perlukan hanyalah bersama Nona " pinta Delilah dengan mata berkaca-kaca.
" Maaf, Anda tidak boleh ikut bersama saya, Ibu asuh. Karena, kediaman Marquess Falzen adalah tempat yang mengerikan " jawab Arabella. Ia pun sama sedihnya karena harus meninggalkan Delilah di desa, namun itu satu-satunya cara agar Delilah hidup lama. Karena, dikehidupan yang lalu Delilah mengikutinya ke kota dan berakhir meninggal secara tragis karena difitnah oleh Rose, si selir pertama.
Arabella tidak boleh melibatkan orang lain dalam pertarungan yang akan penuh dengan darah dan pengorbanan ini, dia tidak akan membiarkan orang-orang berharganya menjadi korban hanya karena melindungi dirinya lagi.
Mau tak mau, Delilah mengangguk menerima kenyataan. Ia tau betul bagaimana liciknya orang-orang di kediaman Ayah sang Nona.
" Nona, kita akan menaiki kereta kuda selama 1 hari dan mungkin tiba di kediaman Marquess Falzen pada malam hari. Makanlah yang banyak " ujar Bastian agar suasana sedikit membaik.
" Bastian, bisakah kita menaiki kereta api saja? Karena saya sedikit tidak nyaman menaiki kereta kuda di sini, harganya cukup mahal. Saya ingin kita menghemat uang " pinta Arabella. Tentu saja itu hanya alasan, karena kereta kuda yang akan mereka naiki nanti akan dirampok.
Bastian tampak ragu, " Nona, jika masalah uang itu sama sekali bukan masalah "
" Tetap saja, biaya menyewa kereta kuda ke kota hampir 100 silver sementara kereta api per orang hanya 10 silver. Bukankah kita akan jauh lebih hemat? Dan lagi, kereta api lebih cepat dan aman. Jika kita tidak ingin diperhatikan orang, kita bisa membeli tiket untuk 1 ruangan khusus di Kereta api yang hanya seharga 25 silver" lanjut Arabella memberikan alasan.
" Baiklah, Nona. Maka kita akan menaiki kereta api pukul 07:30 pagi ini " jawab Bastian yang akhirnya setuju.
Setelah selesai sarapan, Arabella berpamitan dengan beberapa tetangga dan berjalan bersama Bastian menuju Stasiun Kereta Api. Sekitar 30 menit kemudian, sesuai jadwal 07:30 Kereta Api pun berangkat.
Beberapa jam kemudian, matahari tampak terik menunjukkan bahwa saat ini sudah siang hari.
" Nona, saya akan membeli sesuatu di gerbong penjual makanan. Anda tunggu disini dan tutup jendela dengan tirai karena bahaya jika orang tau seorang Nona muda sendirian " lontar Bastian.
Arabella mengangguk, menggeser tirai jendela dan ruangan yang tidak terlalu luas itu pun menjadi sedikit gelap hanya berbekal cahaya yang masuk dari sela-sela tirai. Bastian meninggalkan Arabella.
Terdengar suara yang cukup berisik di lorong kereta api itu, membuat Arabella penasaran. Dibukanya pintu ruangan itu sedikit dan mendapati seorang pria sedang berlari menuju ke arahnya. Baru saja Arabella akan teriak pria itu malah membekap mulutnya dan masuk ke dalam ruangan Arabella, sebilah pisau ditempelkan ke leher Arabella.
" Diam, Nona " perintah pria itu dengan nada dingin.
" Jangan lakukan apapun dan jangan berteriak, atau ku lenyapkan nyawamu dengan pisau dileher " ancam pria itu. Arabella hanya bisa mengangguk.
TOK TOK TOK
Pintu ruangan Arabella diketuk, " Permisi, kami melakukan pemeriksaan keamanan untuk setiap ruangan karena ada penyusup " ujar seseorang dibalik pintu. Namun Arabella tidak bisa menjawab karena mulutnya dibekap oleh pria asing didepannya.
" Jika tidak ada yang menjawab maka akan kami buka tanpa izin " tambah orang dibalik pintu lagi.
Mendengar perkataan orang dibalik pintu membuat pria asing yang membekap mulutnya berdecih, wajahnya tampak tajam sekaligus dingin disaat yang bersamaan.
" Aku akan melepas bekapan dimulutmu, tapi sedikit saja kau membuka mulutmu untuk mengeluarkan suara maka ku habisi nyawamu. Paham?" tanya pria itu. Lagi-lagi Arabella hanya bisa mengangguk.
Suara ketukan dipintu semakin kuat, pria didepannya melepaskan bekapan mulut Arabella dan menempelkan bibirnya pada Arabella membuat gadis itu melotot kaget. Namun sebuah benda tajam terasa dingin yang menyentuh lehernya membuatnya tidak berani mengeluarkan suara, dan hanya diam sesuai perintah.
Pria tampan itu tersenyum disela-sela ciumannya, dan pintu pun dibuka secara paksa.
" Sial, di dalam sini pun hanya ada pasangan mesum. Sepertinya pria sialan itu melompat turun " ucap orang yang membuka pintu secara paksa lalu menutup pintu ruangan itu kembali.
Ciuman mereka terlepas, Arabella tampak terengah-engah.
" Ini ciuman pertama saya, Tuan yang sangat tidak sopan!" desis Arabella menatap tajam pria itu.
" Maaf, dan terima kasih " pria itu pun berniat meninggalkan Arabella.
Namun mata Arabella menangkap bahu pria itu yang terluka,
" Tunggu " lontar Arabella membuat langkah pria itu terhenti dan berbalik menatap Arabella. Mata mereka saling menatap, dalam hati masing-masing mereka pun mengagumi satu sama lain tanpa sadar.
' Nona ini... tidak buruk '
' Pria ini sepertinya bukan orang jahat, meski sedikit mesum'