" A-ayah.. " lirih Welia dan Yolanda.
" Ayah, maafkan saya karena kejadian ini terjadi di kamar saya, " Arabella meremas selimutnya untuk menunjukkan betapa takut dirinya saat ini, " saya sedang tertidur dan tiba-tiba mendengar suara jeritan Adik ke empat, dan saat terbangun keadaannya sudah seperti itu. Mungkin mereka sedang bermain, Ayah " jelas Arabella dengan cepat. Ia akan berakting sebagai malaikat polos dan baik hati sekarang.
" Bukan salahmu, Arabella. Biarkan aku menghukum anak-anak nakal tidak tau aturan ini " desis Vivaldi kesal.
" Jawab, Yolanda dan Welia. Apa yang kalian lakukan di kamar Arabella? Dan bukankah Yolanda tersiram lem?"
" AYAH! DIA! Arabella yang mendorong tanganku sehingga lem itu tumpah mengenai tubuh Yolanda " bantah Welia dengan cepat. Ia berniat melimpahkan kesalahan pada Arabella agar terusir malam itu juga dari rumah ini.
Mata Arabella berkaca-kaca, " apa maksudmu, Adik Ketiga? Bagaimana aku bisa mendorong tanganmu sedangkan kalian yang datang ke kamarku tengah malam seperti ini? Aku sama sekali tifak tau apa maksud kalian. Lalu, lem itu mau kamu siramkan ke mana? Apakah sebenarnya kamu datang ke kamarku dengan seember lem untuk menyiramkannya padaku?" tutur Arabella. Dengan sengaja, ia menyebutkan alasan sebenarnya dua adiknya itu datang ke kamarnya dengan ekspresi sedih.
Vivaldi semakin emosi ketika mendengar hal itu, " benar, mana mungkin Arabella mendorong tanganmu sedangkan kalian yang datang ke kamarnya. Dan benarkah kamu ingin menyiram Arabella dengan lem itu?" geram Vivaldi.
' Arabella-ku yang cantik tidak boleh terluka ataupun kenapa-kenapa, semua orang sangat menantikan debutnya di pergaulan kelas atas ' batin Vivaldi.
" TIDAK! KAMU MEMFITNAHKU, DASAR ANAK J*LANG!!!!" bentak Welia.
PLAK
Semua orang terkejut dengan tindakan yang dilakukan Selir Rose, ia menampar Welia dengan tangannya sendiri. Padahal semua orang tau bahwa Rose sangat menyayangi ketiga putrinya.
" Jangan sembarangan bicara, Welia. Kamu harus bersikap sopan dan hormat pada Kakakmu!"
' Sial, aku sampai harus menampar putriku sendiri untuk mengatasi masalah ini. Tapi tidak ada pilihan lain, dari pada Tuan yang memukuli Welia akan jauh lebih parah, lebih baik aku berpura-pura menghukum Welia agar Tuan tidak marah lagi ' batin Rose sedih.
" Tuan, maafkan saya. Saya yang tidak becus mendidik mereka, mohon biarkan saya yang memberikan hukuman pada mereka " pinta Rose memohon. Jika sampai Vivaldi yang memberikan hukuman pada Welia dan Yolanda, bisa-bisa kedua putrinya itu dikurung di ruang bawah tanah selama beberapa hari sebagai hukuman.
Vivaldi berdecak kesal, menatap Rose dengan pandangan meremehkan.
" Didiklah putri-putrimu dengan benar, jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi. Jika aku tau putri-putrimu menimbulkan masalah pada Arabella, akan ku pastikan mengusir mereka tanpa apapun dari kediaman ini " ancam Vivaldi.
'Putri-putrimu, kau bilang? Mereka juga anakmu, dasar baj*ngan ' umpat Rose dalam hati.
" Baik, Tuan. Sekali lagi maafkan saya, kalau begitu saya undur diri untuk memberikan hukuman pada Welia dan Yolanda malam ini juga " pamit Rose sambil menarik kedua putrinya dari sana.
Di kamar Arabella tersisa Vivaldi, Orchidia, Vivian, beberapa pelayan, dan para kesatria. Dan, Orchidia yang baik hati pun menghampiri Arabella.
" Kamu baik-baik saja, Arabella?" tanya Orchidia dengan nada lembut.
Arabella menganggukkan kepalanya, " hanya sedikit takut, Selir Orchidia. Maaf, kalian semua sampai terbangun akrena kejadian ini " balasnya sopan.
" Oh, astaga. Ini bukan kesalahanmu, sayang. Lalu, kenapa kamu tidur di kamar ini? Kami terkejut saat di arahkan kemari oleh Kesatria, ini adalah kamar pelayan " ujar Orchidia dengan mata menyisir seluruh kamar sederhana ini.
" Tuan, bukankah ini keterlaluan? Bagaimana bisa seorang pewaris tunggal keluarga Falzen malah tidur di kamar pelayan? Nama keluarga kita bisa tercoreng jika sampai kabar ini berhembus ke luar, Tuan " lanjut Orchidia.
Di kediaman ini, tidak ada satupun selir yang boleh memanggil Vivaldi dengan sebutan lain selain Tuan. Karena, status mereka hanya selir. Tidak lebih.
Vivaldi memijit kepalanya yang mendadak sakit, sungguh sial karena ia tidak memperhatikan Arabella.
" Philip!!" panggil Vivaldi pada kepala pelayan kediaman Falzen.
" Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Philip melangkah maju.
" Kamu bisa bekerja tidak? Kenapa Arabella malah menempati kamar seperti ini? "
" Maafkan saya, Tuan. Tapi saya sama sekali tidak tau tentang ini karena yang mengatur kamar Nona Kedua adalah Selir Rose langsung, dia melarang saya ikut campur " jawab Philip.
Tangan Vivaldi mengepal, " dasar j*lang tidak tau aturan! Berani-beraninya dia menghina putri resmiku seperti ini? J*lang murahan itu harus ku beri pelajaran " desis Vivaldi.
" Pindahkan Arabella ke kamar Ruby, kamar milik Arina dulu " perintah Vivaldi.
" AYAH! Tapi itu kamarku " protes Riana yang sejak tadi diam menonton drama gagal yang dibuat adik-adiknya. Ia sedang mengamati tingkah laku Arabella untuk memberinya pelajaran nanti.
Alis Vivaldi naik dan menatap Riana tajam, " kamu membantahku? Katakan pada ibumu, itu akibatnya karena meremehkan putri resmi keluarg Falzen. Kamu pindah ke kamar lain, sejak awal kamu yang hanya rakyat biaya tidak pantas untuk menempati kamar Arina " cemooh Vivaldi.
Riana menggertakkan giginya, rasa sayang Vivaldi padanya sebelum Arabella datang lenyap tak berbekas. Tapi, ia tidak akan sebodoh kedua adiknya itu. Riana akan menuruti perintah Vivaldi dan menjalankan rencana lain secara diam-diam.
' Lihat saja, Arabella. Kamu sudah salah memilih musuh ' desis Riana dalam hati.
Arabella yang sudah mendapatkan tujuannya pun menahan senyum di bibirnya, ia harus kelihata tetap lemah dan bodoh.
" Ayah, saya tau Ayah menyayangi saya. Ayah sangat baik hati pada saya. Tapi sepertinya Kak Riana tidak menyukai saya menempati kamar itu, jadi saya tidak masalah jika harus menempati kamar lain, Ayah " ujar Arabella.
" Tidak, kamu adalah satu-satunya orang yang pantas Arabella. Jangan sungkan, aku adalah Ayahmu. Aku pasti akan membela dan memberikan hak yang adil kepadamu, putriku " balas Vivaldi. Ia memberikan senyum lebar pada Arabella, perkataan Arabella tentang Vivaldi yang baik hati dan menyayangi Arabella itu membuatnya semakin senang. Vivaldi merasa sama sekali tidak rugi memanjakan Arabella karena putrinya yang satu itu sangat polos dan mengingat baik perilaku orang padanya.
' Sungguh, sama seperti Arina. Mudah diluluhkan ' kekeh Vivaldi dalam hati dengan liciknya.
Riana akhirnya mengalah dan memindahkan barang-barangnya dibantu oleh pelayan malam itu juga, ia tidak boleh membantah ucapan Vivaldi jika masih ingin menjadi anak yang disayangi.
" Karena urusan kamarmu sudah selesai, Ayah lanjut tidur dulu. Orchidia, temani Arabella sampai semuanya selesai, pastikan Arabella tidur di kamar Ruby malam ini juga " perintah Vivaldi.
Orchidia menganggukkan kepalanya, " baik, Tuan. Saya akan memastikan semuanya berjalan sesuai keinginan Anda. "
" Baiklah. Selamat malam, putriku " ujar Vivaldi lembut sambil mengusap puncak kepala Arabella.
" Selamat malam Ayah, semoga Anda tidur yang nyenyak. Semoga berkat Dewi Fitikhe selalu menyertai Ayah " balas Arabella sambil menundukkan tubuhnya.
' Karena aku yakin Dewi Fitikhe akan segera memberikan balasan pada Ayah jahat sepertimu ' lanjut Arabella dalam hati.
Vivaldi melangkahkan kakinya meninggalkan kamar itu dengan perasaan senang bukan main, Arabella sangat sesuai harapannya.