Adel baru saja terbangun dari tidurnya, pandangannya masih terlihat samar-samar. Ia mencoba untuk mengerjapkan sekali kedua matanya. Kini pandangannya terlihat jernih, Adel membuka hordeng yang berada di ruang tengah.
Adel mendengus pelan saat ia melihat ke arah kamarnya. Bayangan kejadian semalam masih membuatnya termenung, dengan mata kepalanya sendiri Adel melihat bagaimana Matteo memuaskan Aira.
Bahkan Aira sampai memejamkan kedua matanya, saking nikmatnya menikmati permainan yang di lakukan oleh Matteo. Adel menutup kembali pintu itu dengan keras, ia merasa sangat muak dengan perlakuan Matteo dan juga Aira.
Mungkin hari ini Adel memutuskan untuk mencari apartement baru, ia akan membuang semua kenangan buruknya dengan Matteo. Biar ruang apartemen ini menjadi saksi bisu betapa kejamnya pengkhianatan yang di lakukan oleh seorang kekasih dan juga seorang sahabat.
Adel menghela nafas panjang dan merebahkan kembali tubuhnya di sofa, ia benar-benar tidak bergairah hari ini. Bahkan semua pekerjaannya ia alihkan pada Sarah, yang merupakan tour guide baru yang seharusnya masih dalam bimbingannya.
"Semua ini karena ulah Matteo dan juga Aira, andai mereka tidak melakukan ini padaku mungkin saat ini semuanya akan baik-baik saja." gerutu Adel sambil mengutuk Matteo dan juga Aira.
Tak lama kemudian ponsel Adel berbunyi, di layar ponsel tertera nama Aira. Adel mendengus pelan sebelum membaca pesan tersebut, tak lama kemudian rentetan pesan singkat dari Matteo juga ia terima bersamaan dengan pesan dari Aira.
Adel menghela nafas panjang, karena ternyata Aira dan Matteo masih saja membuatnya kesal saat sedang berkirim pesan. Adel langsung mematikan ponselnya, ia tidak mau seorangpun mengganggu dirinya hari ini.
"Kenapa mereka berdua masih saja menganggu ku." gerutu Adel kesal.
Adel memutuskan untuk mandi, karena sejak semalam ia belum mandi. Bahkan ia tidak menghapus sisa make up nya kemarin. Hal ini jelas di sebabkan oleh Matteo dan juga Aira, mereka berdua yang telah menghancurkan Adel.
Bahkan mereka berdua lupa, jika mereka pernah di tolong oleh Adel untuk urusan keuangan. Namun kini mereka malah melukai Adel dengan penghianatan, sungguh semua ini sangatlah tidak adil. Tak seharusnya ia merasakan penghianatan seperti ini karena semua yang ia lakukan untuk Matteo dan Aira sangat tidak sebanding dengan apa yang telah di lakukannya.
Setelah selesai mandi, Adele segera mengenakan pakaiannya. Sepertinya hari ini ia akan di sibukkan untuk mencari apartement baru. Mengingat apartement ini sudah banyak sekali kenangan di dalamnya bersama Matteo. Adele tidak ingin hal itu merusak kesehatan mentalnya, saat hendak memoles make upnya tiba-tiba saja ponselnya berdering.
Di lihatnya nama sang mama yang tertera di layar ponsel, Adel menghela nafas panjang dan langsung menjawab panggilan telepon dari sang mama. 2 bulan sudah ia tidak saling berkomunikasi dengan sang mama karena masalah pekerjaan.
Karena saat bicara dengan sang mama yang di bahas selalu saja tentang pernikahan. Adel semakin benci dengan pernikahan, karena menurut Adel tidak ada cinta suci yang benar-benar tulus. Buktinya dulu sang papa menghianati sang mama dan sekarang Matteo menghianatinya dengan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
"Adel, bagaimana kabarmu? Lama kamu tidak menghubungi Mama, sekarang kamu lagi di mana?" tanya sang mama antusias.
"Aku sedang tidak baik, Ma. Maaf ya Ma, belakangan ini aku terlalu sibuk. Bahkan aku tidak sempat menghubungi Mama, sekarang aku ada di Hongkong."
"Ada apa denganmu sayang? Apa kamu bertengkar dengan Matteo?" tanya sang mama penasaran.
"Bukan lagi bertengkar Ma, tapi aku sudah mengakhiri hubungan ku dengan Matteo. Semalam aku memergoki Matteo selingkuh dengan sahabatku sendiri Ma." seru Adel kembali terisak.
Sang mama begitu shock mendengar ucapan Adel, ia tidak menyangka jika putrinya harus mengalami hal seperti ini.
"Adel, kamu yang sabar ya. Mama tidak menyangka Matteo akan melakukan hal itu padamu, lebih baik sekarang kamu fokus dengan karir kamu saja ya sayang karena kalau sudah waktunya, Tuhan pasti akan mempertemukan kamu dengan laki-laki yang tepat."
"Semua ini gara-gara Ayah, Ma. Coba aja kalau dulu Ayah tidak menghianati Mama, mungkin aku tidak akan merasakan hal seperti ini."
"Adel, kamu tidak boleh bicara seperti itu. Tidak baik sayang, bagaimanapun Ayah tetaplah Ayah kamu."
"Tapi aku sangat membenci Ayah, Ma. Sejak aku kecil Ayah sudah tidak perhatian padaku. Buatku cuma Papa Fatih, Ayah terbaik aku." gerutu Adel kesal.
Sang mama tidak bisa berkata-kata, karena ia tau betul bagaimana rasa sakit hati yang di derita oleh Adel. Sejak usia 2 bulan, Ayahnya sudah ketahuan selingkuh dengan rekan bisnisnya. Dan hal itu membuat hidup Adel sama sekali tidak mengenal Ayah kandungnya sendiri.
"Mama, apa Mama mendengarku?" seru Adel lirih.
"Iya sayang, Mama mendengarmu. Mama minta maaf ya sayang, seharusnya dulu Mama tidak memutuskan bercerai dengan Ayah kamu. Jadi kamu dan Kak Adit tidak merasakan kepahitan seperti ini."
"Mama bicara apa sih? Justru memang seharusnya Mama itu berpisah dengan Ayah. Lagi pula aku juga tidak sudi kalau Mama sampai tidak berpisah dengan Ayah." gerutu Adel kesal.
"Ya sudah, kalau begitu Mama mau tidur dulu ya sayang. Kalau kamu memiliki libur panjang, datanglah ke Jerman. Karena Papa kamu baru saja naik jabatan, kamu pasti mau kasih dia surprise kan."
"Baiklah, Ma. Aku akan mengatur liburanku segera, selamat istirahat ya Ma. Salam untuk Papa dan adik-adikku."
"Iya sayang, bye sayang."
"Bye Ma." seru Adel yang langsung menutup panggilan telepon tersebut.
Adel menghela nafas panjang, kemudian meletakkan ponselnya di meja. Ia merasa lega karena sang mama tidak membahas soal pernikahan. Yang perlu ia lakukan sekarang adalah memgemasi barang-barangnya dari apartemen ini. Kemudian mencari tempat tinggal baru hingga masa kerjanya di Hongkong selesai.
Adep bergegas mengemasi barang-barangnya, setelah itu ia bergegas pergi mandi. Hari ini Adel sudah memiliki janji dengan temannya yang bernama Bastian. Di saat kondisi seperti ini hanya Bastian yang mengerti dirinya di saat pria lain bertingkah menyebalkan.
Setelah selesai mandi dan memoles wajahnya dengan make up, Adel bergegas keluar dari dalam kamarnya sambil memyeret koper berwarna merah muda. Kebetulan taksi online yang di pesannya sudah datang jadi Adel tidak perlu menunggu lama.
Perlu waktu 30 menit untuk menuju apartemen Bastian, sesampainya di sana Adel segera melangkahkan kakinya menuju kamar 402. Lagi-lagi Adel di buat menjijikan karena di dalam sana Bastian sedang memadu kasih dengan 2 orang wanita sekaligus.
Adel langsung masuk ke dalam kamarnya yang biasa ia pakai untuk menginap. Bastian memang sudah terbiasa dengan seks bebas, namun secara personal Bastian merupakan pria yang sangat baik.
Adel di kejutkan dengan Bastian yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar Adel. Adel terbelalak karena Bastian tidak mengenakan sehelai pakaian di hadapannya dan sontak hal itu membuat Adel berteriak.
"Bastian! Terkutuk kau, beraninya kau bertelanjang bulat di hadapan ku." teriak Adel yang langsung menutup wajahnya dan membalikkan tubuhnya ke arah dinding kamarnya.
"Maafkan aku, Adel. Aku lupa, baiklah aku akan menyelesaikannya terlebih dahulu. Kau tunggu aku di sini ya, aku akan membawakan makanan enak untukmu." seru Bastian yang langsung keluar dari dalam kamar Adel.