Adel merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, tempat ini memanglah tempat paling nyaman sebagai tempat pelarian bagi Adel. Karena Bastian merupakan sahabatnya yang paling pengertian, singkat cerita Bastian merupakan pria berdarah campuran Indonesia dan Hongkong.
Walau ia lahir dan besar di Hongkong, namun Bastian tetaplah mahir berbahasa Indonesia. Dan hal itu membuat Adel tidak kesulitan saat berbicara dengan Bastian. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan dari pintu kamarnya, Bastian memanggil nama Adel dari luar pintu.
"Adel, apa aku boleh masuk?" tanya Bastian.
"Apa kau sudah berpakaian lengkap?" seru Adel lirih.
"Sudah, ini aku juga membawakan banyak makanan untuk kamu."
"Masuklah." perintah Adel.
Bastian langsung membuka pintu kamar Adel dan tersenyum simpul pada Adel. Kemudian Bastian meletakkan nampan berisi aneka makanan kesukaan Adel. Pria ini memang sangat mahir dalam urusan menyenangkan Adel, karena Bastian sudah menganggap Adel seperti adik kandungnya sendiri.
"Kau sangatlah baik, Bastian. Bagaimana bisa aku membalas kebaikanmu." seru Adel yang langsung merubah posisi tidurannya menjadi duduk.
Bastian menghela nafas. "Kau ini bicara apa sih, kau tidak perlu membalas apapun untukku. Jadi apa yang telah Matteo perbuat padamu?" tanya Bastian penasaran.
Adel duduk menyilangkan kakinya kemudian bertopang dagu dengan kedua tangannya. Sambil mengerucutkan bibirnya, Adel mulai menceritakan semua yang terjadi tadi malam.
"Semalam aku memergoki Matteo sedang bercinta dengan Aira di kamarku. Aku mengusir Matteo dari apartemen ku dan rencananya aku ingin pergi dari apartemen itu karena di sana banyak sekali kenangan aku bersama Matteo." gerutu Adel.
Bastian membelalakan matanya, ia tidak percaya jika Matteo yang ia kenal bisa berbuat seperti itu pada Adel. "Apa? Matteo tidur bersama Aira? Keparat, bisa-bisanya bajingan itu menghianatimu." tegas Bastian kesal.
Adel menghela nafas. "Bastian, apa menurutmu Matteo melakukan ini karena aku tidak pernah memenuhi keinginannya? Karena aku tidak pernah mau melakukan hubungan seks sebelum menikah."
Mendengar ucapan Adel membuat Bastian membelalakan matanya, ia tidak menyangka jika sahabatnya tersebut masih perawan. Karena yang ada dalam pikirannya Matteo selalu melakukan hubungan seks dengan Adel. Karena Matteo sering memberikan gambaran nikmatnya bercinta dengan Adel.
"Apa? Jadi kau masih perawan? Apa kau serius dengan ucapanmu Adel?" tanya Bastian memastikan.
"Ya tentu saja aku masih perawan, apa kau meragukan ku?"
"B-bukan begitu maksudku, tapi setiap aku bertemu dengan Matteo. Ia selalu menceritakan padaku bagaimana nikmatnya bercinta denganmu. Apa Matteo selalu berbohong padaku, padahal dia bercinta dengan orang lain tapi ia menceritakannya seolah-olah ia bercinta denganmu."
Adel mendengus kesal, ternyata Matteo telah menghianatinya sejak lama. "Kenapa kau baru bilang sekarang, kalau kau memberitahuku sejak dulu sudah pasti aku mengakhiri hubunganku dengan Matteo sejak lama." protes Adel sambil menyentil telinga kiri Bastian.
Bastian meringis kesakitan karena sentilan dari Adel. "Adel kau ini menyebalkan sekali, sakit tau."
"Ini akibatnya bila kamu tidak memberitahu ku. Apa susahnya tinggal bilang kalau Matteo pernah mengatakan hal seperti itu."
"Maafkan aku, Adel. Aku tidak bermaksud berbuat seperti itu, karena aku benar-benar tidak tau kalau kau dan Matteo tidak pernah melakukan hubungan seks. Kalau kamu menceritakan hal ini sejak dulu kemungkinan aku akan memprotes Matteo sejak dulu." gerutu Bastian.
Adel mendengus pelan, ia langsung menikmati makanan yang di bawa oleh Bastian. Untuk sementara Bastian meminta Adel untuk tinggal di apartemennya sebelum ia mendapatkan apartemen baru.
"Untuk sementara kau bisa tinggal di sini terlebih dahulu. Setelah aku menemukan apartemen baru kau bisa pindah dari sini." Seru Bastian antusias.
Adel langsung memeluk Bastian dengan erat, ia sangat beruntung memiliki sahabat yang baik seperti Bastian. Adel tidak tau lagi apa jadinya kalua tidak ada Bastian di hidupnya, mungkin saja saat ini Adel sudah tidak tau lagi bagaimana jadinya jika tidak ada Bastian di hidupnya.
"Terima kasih Bastian, kau sudah banyak sekali membantuku. Aku tidak menyangka jika kamu selalu ada di saat aku membutuhkanmu."
"Sama-sama Adel, kau tidak perlu berkata seperti itu. Kita kan sahabat, jadi sudah selayaknya kita mengerti keadaan satu sama lain. Kau juga sering membantuku di saat aku tengah kesulitan, jadi kita saling melengkapi saja sebagai sahabat." Gumam Bastian antusias.
Adel melepas pelukannya, Bastian menyurruh Adel untuk makan sementara Bastian bergegas untuk mandi karena tubuhnya sudah terasa lengket. Sementara itu di lain tempat, Matteo tengah berusaha menghubungi Adel. Namun sejak tadi nomor Adel tidak bisa di hubungi, sepertinya nomor ponselnya di blokir oleh Adel.
Aira yang baru terbangun dari tidurnya langsung beranjak dari tempat tidur dan menghampiri Matteo yang sedang berada di balkon kamarnyaa. Menggunakan kemeja putih tipis, Aira langsung memeluk Matteo dari belakang dengan erat.
"Sayang, kamu sedang apa? Aku kan nyariin kamu." Gumam Aira sambal menciumi punggung Matteo yang tidak mengenakan pakaian.
Matteo menghela nafas Panjang. "Kau sudah bangun, aku sedang mencoba menghubungi Adel. Namun ponselnya sangat sulit di hubungi, sepertinya nomor ku di blokir olehnya." Sahut Matteo terlihat frustasi.
Aira mendengus kesal mendengar ucapan Matteo. "Untuk apa kau masih berusaha menghubungi Adel? Harusnya kau melupakan semua tentang Adel, karena sekarang ada aku di samping kamu." Gerutu Aira kesal.
"Tapi aku merasa sangat bersalah pada Adel, makanya aku tidak ma uterus menerus di hantui dengan rasa bersalahku."
"Untuk apa kau merasa bersalah, Adel saja sudah mengusirmu dari apartemennya secara kasar. Jadi untuk apa kau peduli dengannya lagi. Menyebalkan sekali, padahal di sini ada aku yang selalu setia mencintai kamu. Tapi kalau kamu masih tetap menginginkan Adel yasudah, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi." Gerutu Aira yang langsung pergi dari hadapan Matteo.
Dengan cepat Matteo langsung menahan langkah Aira dan menarik Aira ke dalam pelukannya. Kemudian Matteo mulai mengecup bibir Aira dengan lembut, karena Matteo tidak ingin Aira merasa cemburu karena ulahnya yang masih memikirkan Adel.
Sebenarnya Matteo sama sekali tidak mencintai Aira, namun Matteo membutuhkan tubuh Aira sebagai Hasrat pemuas nafsunya. Karena selama Matteo menjalin hubungan dengan Adel, Matteo sama sekali tidak pernah merasakan kehangatan dari Adel. Karena Adel tidak menginginkan seks di luar pernikahan.
Namun demikian untuk menghormati keputusan Adel, Matteo dapat menerima apa yang Adel inginkan. Akan tetapi sebagai gantinya Matteo mencari kesenangan di luar untuk memuaskan nafsunya sendiri.
"Aira, jangan marah seperti itu. Aku sama sekali tidak pernah berpikir seperti itu. Karena aku mencintaimu Aira." Seru Matteo lirih sambal mendekap Aira dengan lembut.
"Benarkah?" tanya Aira penasaran.
"Tentu saja, jadi kau jangan pernah berpikir kalua aku tidak mencintaimu." Ujar Matteo lirih dan Kembali memainkan aksinya di tubuh Aira.