"Mbak Adel tidak apa-apa? Tadi memangnya siapa? Kenapa dia kelihatan seperti memaksa kamu?" tanya Banyu penasaran.
Adel menghela nafas. "Dia mantan pacar saya namanya Matteo, Pak. Matteo baru saja ketahuan selingkuh dengan sahabat saya sendiri 2 hari yang lalu, makanya dia masih saja berusaha menjelaskan semuanya pada saya. Padahal semuanya sudah jelas, saya sendiri yang memergokinya sedang bercinta di kamar saya." gerutu Adel kesal.
Banyu menghela nafas dan merasa prihatin dengan Adel. Padahal menurutnya Adel ini sangat cantik, tapi bisa-bisanya pria seperti Matteo berselingkuh di belakangnya.
"Malang benar nasibmu, semoga kau mendapatkan pengganti Matteo yang lebih baik. Tapi kalau bisa kamu jangan panggil aku, Bapak dong. Aku ini masih muda loh, baru 27 tahun." seru Banyu tersenyum.
Adel tersipu malu. "Lalu saya harus panggil Bapak dengan sebutan apa?" tanya Adel bingung.
"Bagaimana kalau Mas Banyu? Saya masih muda loh Mbak Adel."
Adel tertawa kecil. "Baiklah, Pak Banyu eh maksud saya Mas Banyu. Tapi kalau bisa Mas Banyu panggil saya Adel saja, tidak perlu pakai sebutan Mbak." pinta Adel lirih.
"Baiklah, aku akan memanggil namamu saja Adel." Banyu tersenyum menatap dalam mata Adel. Melihat Adel terasa sangat menenangkan bagi Banyu, pasalnya wajah Adel yang teduh membuat Banyu merasa nyaman berada di dekatnya.
Adel tersenyum manis ke arah Banyu, Adel merasa jika klien nya ini sangatlah baik dan ramah. Mungkin ini adalah klien pertama Adel dari Indonesia yang paling ramah.
Setelah selesai menemani Banyu di cafe, mereka berdua langsung pergi menuju tempat meeting Banyu. Perlu menempuh jarak kurang lebih 1 jam jika menggunakan transportasi umum. Karena Banyu ingin perjalanan bisnisnya bisa berkesan sekaligus menikmati rasanya menjadi warga lokal.
"Adel, kau sudah lama bekerja menjadi pemandu wisata?" tanya Banyu penasaran.
Adel menoleh ke arah Banyu yang tengah berdiri di sampingnya. Suasana kereta yang penuh memaksa mereka untuk berdiri karena tidak mendapatkan tempat duduk.
"Iya, sejak umur 19 tahun aku sudah pindah ke Hongkong untuk kuliah sekaligus bekerja. Aku ini anak broken home, kedua orang tuaku bercerai saat aku masih kecil dan sampai saat ini aku sangat membenci Ayahku." gerutu Adel.
Banyu mengerutkan keningnya. "Aku juga anak broken home, tapi bedanya Ibuku yang menghianati Papa. Dan saat itu aku tidak pernah lagi merasakan kasih sayang seorang Ibu. Bahkan saat aku menikah Ibu mertuaku juga tidak sebaik yang aku pikirkan." gumam Banyu lirih.
Mendengar ucapan Banyu yang sudah menikah membuat Adel sedikit kecewa. Adel pun juga bingung mengapa ia harus merasa kecewa seperti ini. Padahal Banyu hanyalah kliennya, tapi saat Banyu mengatakan jika ia sudah menikah. Adel merasa sangat sedih dan perasaannya sangat sulit di ungkapkan oleh kata-kata.
"Jadi Mas Banyu sudah menikah?" tanya Adel penasaran.
"Iya aku sudah menikah 2 tahun yang lalu, tapi sampai saat ini istriku belum juga hamil. Mungkin karena faktor aku sering tugas ke luar kota dan juga ke luar negeri, makanya tidak ada waktu untuk kami untuk bercinta dengan waktu yang intens." seru Banyu lirih.
"Oh begitu, saya do'akan semoga istri Mas Banyu lekas hamil. Rasanya memang ada yang kurang jika pernikahan belum juga di karuniai seorang anak, yang penting Mas Banyu jangan putus asa dan terus berdoa. Tuhan pasti akan mendengar doa-doa Mas Banyu." ucap Adel.
Banyu tersenyum, ia sangat senang sekali mendengar ucapan Adel yang begitu menenangkan. "Terima kasih Adel, kamu wanita yang baik sekali mau mendo'akan aku seperti ini."
Adel tersenyum kecil. "Bukankah kita sesama manusia harus saling mendoakan ya, karena orang tuaku selalu mengajariku seperti itu." gumam Adel senang.
Tak lama kemudian kereta yang mereka tumpangi telah sampai di stasiun tujuan mereka. Adel dan Banyu segera keluar dari dalam kereta, kemudian menyusuri anak tangga untuk keluar dari dalam stasiun.
Butuh waktu 5 menit berjalan kaki menuju kantor yang akan Banyu gunakan untuk meeting. Sesampainya di kantor tersebut, Banyu mengajak Adel untuk masuk ke dalam. Namun Adel menolaknya dengan alasan ia tidak mau menganggu urusan pekerjaan Banyu.
"Mas Banyu ini kan sudah sampai di kantor tujuan Mas Banyu, saya tunggu di luar saja ya." ujar Adel.
"Kenapa harus di luar? Kamu tunggu di dalam saja, lagi pula saya hanya meeting satu jam."
"Tidak apa-apa Mas, saya tunggu di luar saja. Saya tidak mau menganggu pekerjaan Mas Banyu." seru Adel lirih.
Banyu menghela nafas. "Begini saja, bagaimana kalau kamu tunggu aku di coffe shop yang ada di dalam? Nanti setelah selesai meeting, aku akan temui kamu di sana. Kamu silahkan pesan apapun yang kamu mau, karena nanti aku yang akan membayarnya." tegas Banyu.
"Tapi Mas."
"Tidak ada kata tapi, Adel. Ayo cepat masuk, aku akan antar kamu ke coffe shop terlebih dahulu." ujar Banyu yang langsung meraih tangan Adel.
Adel sedikit gugup saat Banyu meraih tangannya, ada rasa canggung dalam diri Adel tapi tidak tau kenapa Adel juga senang saat Banyu mengenggam tangannya seerat ini.
"Nah, ini coffee shop nya. Kamu silahkan pesan apapun yang kamu inginkan, kamu tidak perlu memikirkan masalah harga. Oke, karena aku mengutamakan kenyamanan kamu saat menunggu aku." ujar Banyu mengingatkan Adel.
Adel tersenyum. "Terima kasih Mas Banyu, anda baik sekali. Anda tidak perlu khawatir, aku tidak akan kelaparan dan bosan menunggu anda di sini. Selamat meeting Mas, semoga meetingnya berjalan lancar. Maaf dasimu sedikit miring, aku ijin merapikannya." Seru Adel lirih dan langsung merapikan dasi Banyu dan juga kerah bajunya.
Banyu tertegun dan tersenyum ke arah Adel, mata mereka berdua saling terpaut. Ada desiran hebat di dalam dada Banyu, ia pun tidak mengerti mengapa perasaannya mendadak sangat aneh saat Adel melakukan hal itu.
"Nah, sudah rapi." ujar Adel antusias.
Banyu tersenyum, lamunannya buyar seketika. "Terima kasih Adel, kalau begitu aku pergi dulu ya. Enjoy ya Adel, aku meeting sebentar." seru Banyu lirih.
"Oke Mas, santai saja. Sukses ya meetingnya." sahut Adel antusias.
Banyu langsung bergegas pergi dari hadapan Adel, sementara Adel langsung memesan makanan dan minuman untuk menunggu Banyu selesai meeting. Tak lama kemudian pesanan Adel datang, ia segera menyeruput minumannya.
Ponsel Adel berdering di lihatnya nama Aira yang mengirimkan pesan singkat padanya. Adel langsung membaca pesan tersebut dan hal itu membuatnya sedikit naik pitam.
"Adel, kasih tau ya sama pacar baru kamu itu. Jangan pernah main tangan seperti itu, akibat ulahmu pacarmu itu tulang hidung Matteo patah dan sekarang dia akan di operasi. Ternyata kau murahan sekali, baru beberapa hari putus dengan Matteo kau sudah menemukan pria lain pengganti Matteo. Sudah bagus Matteo bersama ku dari pada bersama wanita murahan sepertimu." tulis Aira.
Adel mendengus kesal, perasaannya sangat marah. Ia sangat kesal saat membaca pesan Aira yang menghardiknya sebagai wanita murahan.
"Kurang ajar Aira, beraninya dia bilang aku murahan." gerutu Adel kesal sambil mengepalkan tangannya.