"Kalo lagi dibutuhin suka susah dihubungin dicari-cari juga gak ketemu, giliran lagi gak dibutuhin nongol tuh batang idung nya kan nyebelin sekali, dasar kutu kupret! Pokok nya hari ini aku harus ketemu sama Si Olga bagaimana pun cara nya, tapi gimana ya?" gumam nya, Nathan bolak-balik udah kaya setrikaan dan tiba-tiba langkah nya terhenti. "Aha! Kenapa gue gak tanya aja sama resepsionis nya pasti dia tau sama Si Olga, kan dia kerja di sini juga." seketika kedua ujung bibir nya ketarik ke samping, mata nya memancar kan sebuah harapan yang sempat meredup.
Nathan langsung memakai jaket kulit nya mengambil tas selempang dan ponsel nya, dia langsung meninggalkan kamar VIP nya dengan langkah kaki seribu tanpa ba-bi-bu lagi. Dari kejauhan dia sudah tersenyum lebar ke arah resepsionis.
"Untung lagi santai tuh resepsionis nya, semoga dia mau kasih tau bagian apa kerja nya tuh cewek galak, di sini." ia gosok-gosok cepat kedua telapak tangan nya.
"Selamat, petang." sapa Nathan ketika ia sampai di meja resepsionis.
"Selamat sore pak, ada yang bisa saya bantu?" sahut resepsionis seraya tersenyum ramah.
Nathan pun balas senyum, "Ah, iya sore saya ada cari orang yang kerja di sini nama nya Mamih Olga, eh Olga." ucap nya, ia celingak-celinguk.
"Olga, Si Mamih Olga maksud nya yang orang nya tinggi, rambut nya coklat panjang ya pak?" tanya resepsionis memastikan, Nathan angguk-angguk.
"Iya itu orang nya yang tinggi rambut nya coklat, apa dia sudah datang?" tanya balik Nathan, pipi nya merona.
"Mamih Olga masuk nya nanti malam jam sepuluh, dia lagi giliran shift malam pak." jelas nya, ia tersenyum simpul melihat gelagat Nathan yang terlihat malu-malu.
"Oh gitu ya, ngomong-ngomong dia bagian resepsionis juga kah? Nathan gosok-gosok kedua telapak tangan pelan-pelan menutupi malu-malu nya.
"Beliau bukan resepsionis tapi manager saya, pak!" Nathan angguk-angguk.
"Oh ... Manager di sini rupa nya." wanita itu anggukkan kepala nya.
"By the way, ada perlu apa ya pak? Biar nanti saya sampaikan ke manager saya, jika beliau sudah datang." ia mengambil kertas dan pulpen diletakkan di meja.
"Mau nanyain nomer handphone nya, temen nya yang di mess bilang gak bisa sembarangan kasih nomer dia, pasti di sini pun sama." batin nya.
"Eh, ya udah kalau gitu saya akan datang lagi nanti. Terima kasih, ya."
"Baik lah, sama-sama pak." mereka berdua saling melemparkan senyum.
Nathan melengos berjalan sedikit cepat menuju restoran hotel karena rasa laper menyerang nya.
Di restoran hotel...
"Niat hati mau ajak dia dinner juga tapi dia dateng nya masih dua jam lagi, perut ku sudah teriak minta diisi." gumam nya, ia duduk di meja samping kaca agar dia bisa melihat Olga saat jalan ke hotel.
Nathan melambaikan tangan nya memanggil waitres.
"Mau pesan apa, pak? Di hotel ada menu makan malam nya yang terbaru, bapak harus coba karena recommended banget." ucap waitres tampan itu.
"Comel juga nih, waitres." batin nya. "Yang mana, menu dinner nya yang terbaru?" tanya Nathan seraya membuka buku menu makan yang sudah ada di meja.
"Maaf ya pak, yang ini dan yang ini." waitress itu membalikkan lembaran menu, ia menunjuk menu makan malam yang terbaru.
"Oh ... Nampak enak semua, saya mau rasa semua nya tapi jangan kasih pedas ya."
"Baik, minum nya apa pak?"
"Aqua satu, ada bir gak?" waitres anggukkan kepala nya.
"Ada Tiger, Angker, Stout (bir hitam)." jelas waitres.
"Mau satu Tiger yang kaleng, ada kan?"
"Ada pak, jadi pesanan nya dinner yang terbaru sama Aqua dan Tiger kaleng satu. Ada lagi, pak?"
"Sebelum dinner datang, saya mau bir nya duluan ya."
"Oke ditunggu pak, terima kasih." waitres itu mengambil menu makan nya dan berlalu.
Nathan makan malam dengan lahap nya dan begitu sangat menikmati hidangan menu baru nya.
"Emang benar lah waitres itu bilang recommended, karena sangat enak menu baru hotel ini." gumam nya, ia menyuap kan sendok terakhir makan nya.
Kring ... Kring ... Kring ...
Nathan melirik ke arah ponsel, "Telepon juga dia, kupikir dia ditelan bumi." ia meneguk Tiger nya setengah. "Nanti lah, aku mau cuci tangan dulu. Gantian, sekarang kau yang tunggu aku!" ucap nya seraya melihat layar ponsel nya, ia pun melengos ke toliet meninggal kan ponsel nya yang masih berdering di meja makan nya.
"Ehs, ke mana lah dia kenapa gak diangkat teleponku? Tadi kata nya ada yang penting, mau minta bantuan tapi ditelepon gak angkat. Dasar, tutup botol! Dah lah terserah kau, Nathan!" David kesal karena udah telepon berkali-kali gak diangkat.
"Karena ku cinta kau, Olga ... Nanananana ..." senandung nya, ia menutup kran dan mengering kan tangan nya dengan dryhand.
"Oke, dah handsome lah aku." puji nya pada diri nya sendiri sambil bercermin, ia merapih kan rambut panjang nya yang dikuncir kuda lalu kembali ke restoran.
Martin duduk di kursi makan nya dan meraih ponsel nya, "Banyak juga Si David telepon, pake kirim sms segala." ia membaca satu-satu pesan nya. "Ada apa, bro? Ku habis dari toilet, kangen aku ya? Telepon lagi, sekarang!" canda Nathan dibalasan sms nya, ia cengangas-cengenges.
Tanpa menunggu lama David langsung menghubungi nya.
"Sapa juga yang kangen, kau? Katanya tadi kau suruh aku telepon balik kalau baca pesanmu, kau butuh bantuan ku. Ada apa, sih? Seperti nya serius, kali." ucap David tanpa jeda.
"Emang pun aku butuh bantuanmu, kau dari mana saja telepon ku gak diangkat-angkat? Kupikir kau ditelan bumi, ternyata masih bersuara jua!" balas Nathan lebih sewot.
Nathan menceritakan rencana nya dengan sangat rinci sehingga membuat David cukup terkejut dengan rencana nya itu.
"Kau serius bro, dengan rencanamu itu? Kau gak takut kalo nanti dia tahu, dia malah akan membenci kau? Saran aku sih, kau batalkan saja rencanamu yang gila itu!" David menolak mentah-mentah rencana nya yang menurut nya cukup gila.
"Kata nya kau akan bantu aku untuk menebus kesalahan kau yang kemaren, masih inget kan sama janji kau kemaren?" tanya Nathan, ia mengingat kan David pada janji yang dia buat.
"Si*l, ini juga yang dinamakan senjata makan tuan! Gak bisa nolak juga aku, karena janji ku sendiri kemaren sama dia." batin nya, ia geleng-geleng kepala.
Huft! Hela nafas nya berat.
"Inget lah aku sama janji ku kemaren, baik lah aku akan membantu rencana gila mu itu. Tapi dengan satu syarat, oke?"
"Jangan bertele-tele, cepet kau bilang apa syarat nya!"
"Syarat nya gampang aja, kalo ada apa-apa kau jangan bawa-bawa aku apalagi sebut nama ku. Gimana, deal?" tanya David memastikan.
"Oke deal, ya udah cepet lah kau ke sini aku di restoran hotel."
"Oke I'm on the way, wait me!" mereka berdua pun menutup telepon nya.
Nathan tersenyum lebar dan wajah nya begitu bahagia karena sahabat nya mau membantu rencana gila nya untuk mendapat kan Olga, tapi tidak dengan David karena dia kebalikan dari nya. Wajah nya bermuram durja dan dia sibuk merutuk Nathan dan diri nya sendiri.