Chereads / SMT DKK / Chapter 10 - Janji yang disesali

Chapter 10 - Janji yang disesali

"Sumpah, aku gak mau lakuin rencana gila nya tapi udah terlanjur janji aku sama dia. Bener juga yang pepatah bilang, jangan berjanji saat kita sedang bahagia dan sekarang aku menyesali janji ku itu. Sial*n nya lagi, Si Nathan inget pula sama janji ku kemaren. Ah, rasa nya ingin pindah aja ke planet Pluto kalo begini biar gak harus tepatin janji. Aku gak sanggup harus ikutin rencana nya itu, resiko nya tinggi juga. Macem mana kalo wajah tampan ku ini, nanti kenapa-napa. Entah lah, mimpi apa aku semalam harus ikut andil dalam rencana nya itu. Oh Tuhan ... Bod*h nya aku, sial*n nya sahabat ku!" rutuk nya, ia melajukan mobil nya dengan kecepatan tinggi ke hotel.

Di Mess...

"Bi ... Bi ..." teriak Olga dari kamar dengan lantang.

"Saya mih ..." sahut bibi lantang sambil berjalan ke arah kamar nya.

Tok! Tok! Tok!

"Buka aja bi, gak dikunci kok!"

Ceklek...

"Ada apa, mih?" tanya bibi, ia berjalan ke arah Olga.

"Tolong beresin kamar saya bi, Si Aa udah siap belom?" Olga merapih kan laptop dan tas nya.

"Udah di depan tuh, lagi manasin motor nya mih." bibi mulai merapih kan kasur nya.

"Oh oke, seprei nya diganti bi sama yang mawar harimau." bibi anggukkan kepala nya.

"Oh mau diganti sprei nya, oke mih!" Olga memakai high heels nya.

"Ho'oh, yang bersih ya bi beresin kamar nya." bibi angguk-angguk, Olga keluar kamar dan berjalan cepat ke beranda mess.

"Mana helm nya, Aa? Ayo cepet, udah telat nih!" celetuk Olga saat di ambang pintu.

Aa mengambil helm yang sudah dia sedia kan untuk Olga, "Ini mih, kemon berangkat!" ia menyodor kan helm nya, Olga meraih dari tangan nya dengan cepat dan memakai nya.

Aa Recky melajukan motor RX king nya dengan kecepatan tinggi.

Jalan nya yang berliku-liku mengharus kan Olga memeluk nya dengan erat.

Olga sudah anggap Aa seperti adik nya sendiri.

Sementara di restoran hotel Nathan dan David sedang bersiap-siap untuk melakukan rencana gila nya Nathan.

"Aku harus mabuk biar bisa melakukan rencana gila mu itu, bro!" celetuk David, ia sudah menghabis kan empat kaleng bir hitam nya.

"Mana mabuk minum bir, apalagi bir hitam. Buat ku bir hitam itu untuk masuk angin, bro." ucap Nathan sombong.

"Bah! Sombong kali kau, aku bukan pemabok macam kau!" David menyulut rokok dan menghisap nya.

"Tau pun aku sombong, masalah buat kau?" ucap Nathan dengan nada meninggi, ia menghasbis kan bir Tiger ke enam nya.

Percakapan mereka berdua seperti orang yang sedang ribut padahal tidak, mereka dua sahabat sedari kecil walau pun beda negara.

"Tapi nanti jangan sampai gagal ya rencana kita bro, kau harus terlihat sangat meyakinkan!" pinta Nathan pada David.

"Bah! Aku nih bukan artis macam kau lah my bro, mana bisa ku akting maka nya aku harus minum yang banyak." Nathan tertawa terbahak-bahak mendengar kata-kata nya.

"Ha-ha-ha macem orang betul aja kau tuh, tapi aku maklumin lah kalau kau harus mabok dulu untuk menjalan kan rencana ini. Kalau mau tambah, aku panggil waitres lagi." David angguk-angguk.

"Emang nya jam berapa dia dateng, kekasih hatimu itu bro?"

"Ah, iya hampir aja ku lupa. Jam sepuluh kata resepsionis nya, bro!" David tepok jidat.

Nathan melirik ke jam tangan yang ada di tangan kanan nya, "Lima belas menit lagi, gimana udah siap bro?" tanya Nathan memastikan.

David mengerling malas, "Siap gak siap pun aku harus siap, pake nanya! Bentar lagi lah itu, pantas saja kau minum macem tak tenang saja nengok ke luar terus. Ada apa sih, di luar?" ia menoleh ke luar jendela. "Cuma ada aspal, pohon-pohon dan lampu saja." David mengerut kan dahi nya.

"Pagi tuh, aku lihat dia jalan kaki dan dia bercermin di kaca ini waktu dia pulang kerja, maka nya aku buat rencana ini." Nathan memanggil waitres lagi memesan bir.

"Oh gitu, pantas saja kau milih meja di pinggir kaca dan mata mu keluar terus perhatikan jalan. Gak sabar ya, mau ketemu dengan wanita yang udah bisa buat hatimu berdebar-debar, setelah berabad-abad?" goda David, pipi Nathan merona.

"Ehs, apa lah kau tuh buat ku malu saja. Jom kita minum lagi, biar nanti akting kau bagus." Nathan mengangkat kaleng bir nya dan mengajak tos David.

"Dada ku kok deg-degan tau bentar lagi Si Olga mau dateng, omg!" batin Nathan, ia menghabis kan satu kaleng dengan dua tegukan.

Glek! Glek! Glek!

Tak menunggu lama motor Recky berhenti di depan restoran hotel menurun kan Olga. Dan seperti biasa Olga bercermin di kaca restorannya yang tak tembus pandang.

"Bro, ini bukan cewek yang udah buat kau jatuh cinta lagi?" tanya David, ia tak berkedip melihat Olga yang merapihkan rambut, make up dan baju nya.

"Yes, that's right!" jawab Nathan singkat, ia pun tak berkedip memandangi Olga.

"Oh my god ... patut lah kau jatuh cinta sama cewek ini, dia begitu sempurna bro! Aku juga mau kalo dia masih, sendiri." puji David, ia terpesona dengan kecantikan Olga.

Plak!

Nathan menepak bahu nya, "Awas kau suka sama dia, kuhabisi kau!" ancam nya. "Kau lupa, rencana kita bro?" David sontak kaget, ia menoleh ke arah Nathan.

David nyengir kuda, "Aku hanya bercanda bro mana berani aku usik punya kau, aku ingat lah rencana nya." ia melirik ke arah Olga lagi.

"Bagus kalo kau ingat, aku bayar bill dulu. Kasih habis tuh bir nya, cepat!" Nathan menarik tangan David. "Sudah kubilang kau pasti akan suka sama dia, cepat lah bagi habis bir nya." suara Nathan meninggi, ia geram melihat David yang terus memandangi Olga.

David nyengir kuda lagi, "Santai bro jangan marah, aku habisin bir nya!" ia meneguk habis bir nya. Nathan menarik tangan David ke meja kasir dan David melirik lagi ke arah Olga seraya berjalan mengikuti Nathan.

Nathan kesal dan terbakar api cemburu karena David tidak berhenti memandangi wanita yang telah menjadi belahan jiwa nya, Olga.

"Oke, udah cantik lah aku." gumam nya, Olga berjalan ke dalam hotel dengan penuh percaya diri.

Saat memasuki lobby hotel terdengar suara kegaduhan dari dalam restoran dan membuat orang-orang yang berada di sekitar mendekati sumber suara itu. Olga pun tak ketinggalan bergegas ke arah kegaduhan terjadi.

Bugh! Bugh! Prank ...! Brak ...!

Suara saling baku hantam dan benda-benda yang berjatuhan berserakan di lantai restoran.

"Panggil Securiti, cepat panggil securiti!" teriak histeris beberapa tamu wanita yang ada di dalam restoran.

Waitres langsung melepon security dan beberapa waitres berusaha memisahkan dua orang pria yang sedang berseteru dan baku hantam itu.

"Sudah kubilang, jangan kau ganggu dia! Kenapa juga masih kau ganggu, hah? F*ck you!" maki pria yang dikuncir kuda.

Bugh!

"Suruh siapa dia begitu, menggoda! Go to hell, f*ck you shit!" pria berkulit sawo matang itu balas makian dan tinju nya.

Bugh!

"Seperti nya aku kenal dengan pria yang dkuncir itu, bukan kah itu Si Brunei yang kemaren aku jutekin di depan mess?" pikir Olga, ia perhatikan wajah nya dengan seksama.