"Saya tidak mau ganti rugi semua, ini!" celetuk Nathan, ia meletak kan kembali nota itu ke meja.
"Maksud nya gimana pak, bisa bapak jelas kan?" tanya kepala waitres yang bernama Zoel itu, wajah nya datar dan tegang begitu juga dengan semua securiti.
Nathan mengangkat alis nya sebelah, "Saya tidak mau membayar semua kerugian ini, apakah masih kurang jelas kata-kata saya?" tegas nya, ia berbicara dengan pelan sehingga intonasi dan konotasi nya terdengar sangat fasih dan jelas, Zoel meradang mendengar penjelasan nya yang berhasil membuat nya naik pitam. Emosi!
Braakk!
Zoel berdiri dan menggebrak meja, "Gak bisa seperti itu dong, kan tadi bapak udah bilang akan bayar semua tagihan nya saat teman bapak tadi mau pulang, kenapa sekarang jadi berubah omongan nya? Kalau bapak tidak mau bayar ganti rugi nya, terpaksa bapak saya bawa ke pihak berwajib." sewot Zoel, ia meninggikan suara nya.
"Silahkan anda lapor ke pihak berwajib saya tak takut, inti nya saya tidak mau ganti rugi, titik!" kilah Nathan sambil melipat kedua tangan nya di dada nya, Zoel melirik sinis ke arah nya. Pandangan yang penuh kebencian dan api yang berkobar-kobar.
"Mampus aku kalo dia gak mau bayar ganti rugi nya, bisa gak terima gaji empat bulan terus mau kasih makan anak bini ku apa? Tamu sial*n malah bikin perkara aja di sini, sabar-sabar Zoel!" batin nya, ia mengepal kan kedua tangan nya menahan amarah yang bergejolak.
Kepala securiti tepuk-tepuk pelan pundak Zoel, "Sabar-sabar pak kita selesai kan dengan kepala dingin jangan pakai otot ya, biar saya yang berbicara sama pak Nathan nya." ucap nya menengahi, ia mempersilah kan nya duduk kembali. Zoel geleng-geleng.
Huft! Hela nafas Zoel berat berulang kali.
"Saya tanya sekali lagi, jadi bapak tidak mau bayar ganti rugi nya terus bapak mau nya gimana? Mari kita musyawarah kan saja baik-baik, biar dapat hasil mufakat nya dan baik nya bagaimana." ucap kepala securiti langsung pada point permasalahan nya dengan santai.
Nathan tersenyum tipis, "Ini dia yang dari tadi aku tunggu, akhir nya keluar juga kalimat pusaka itu. Bertuah nya, aku!" batin nya.
Nathan berdehem, "Ehem." ia melirik ke arah Zoel sekejap. "Oke lah kalo seperti itu saya mengalah saja saya pun sudah capek, saya akan bayar semua kerugian nya tapi dengan satu syarat." ia menghenti kan ucapan nya.
"Syarat, syarat apa yang mau bapak ajukan?" potong kepala securiti, Zoel mengerling malas.
"Saya mau manager hotel ini menemui saya, atau saya tidak akan bayar ganti rugi satu sen pun! Bagaimana?" gertak Nathan, ia menyulut rokok Marlboro merah dan menghisap nya.
"Kenapa dia menta ketemu sama manager hotel, apa dia kenal sama Si Mamih Olga? Apa mungkin dia punya hubungan, sama Mamih? Wah, seperti nya aku ketinggalan info. Aku cemburu lah kalo dia juga suka, sama Mamih!" batin Zoel, ia melipat kedua tangan nya di dada nya.
Ternyata Zoel juga menyimpan rasa sama Olga.
"Kenapa bapak minta ketemu sama manager hotel, apakah bapak mengenali beliau?" selidik kepala securiti, ia mengerut kan dahi nya.
"Emang kekacauan ini semua, untuk apa menurut mu? Semua ini agar aku bisa bertemu dengan belahan jiwa ku, Si Olga. Dasar, b*hlul!" batin Nathan.
"Tentu saja saya kenal dengan manager hotel ini, cepat lah minta dia untuk menemui saya di sini. Saya sudah ngantuk, nih!" sahut Nathan dengan penuh percaya diri, ia mulai menguap.
"Baik saya akan panggil kan manager hotel, tunggu ya pak." ia menoleh ke meja sebelah. "Kamu tolong telepon ke ruangan manager hotel, bilang tamu yang buat masalah di restoran minta bertemu dengan beliau." perintah kepala securiti sama bawahan nya.
Dengan sigap securiti itu menekan nomer yang langsung terhubung dengan ruangan manager hotel Club Med itu. Hati Nathan senang nya bukan main karena rencana nya berjalan seperti yang ia rencana kan dan berbuah manis, wajah nya memancar kan kebahagiaan tapi tidak dengan Zoel, ia benci melihat wajah bahagia Nathan.
Kring ... Kring ... Kring ...
"Halo, selamat malam bu eh mamih." sapa securiti dengan sopan.
"Ya halo selamat malam, ada apa ya? Langsung saja karena saya, sedang sibuk." ucap Olga to the point.
"Begini mih, tamu yang tadi buat keributan di restoran minta ketemu sama Mamih. Dia gak mau bayar ganti rugi kalo gak ketemu sama mamih, begitu kata nya." jelas nya, Olga sontak kaget mendengar nya.
"What! Dia minta ketemu saya, apa dia udah hilang akal? Mau apa dia minta ketemu saya, kenapa dia sangat menakut kan sih! Sebener nya mau nya apa sih dia tuh, gaje amat jadi orang!" dumel Olga dalam hati.
"Dia gak mau ganti rugi kalo gak ketemu saya, apa dia kenal dengan saya?" tanya Olga seakan dia gak kenal dengan Nathan.
"Orang nya bilang, dia kenal sama Mamih." jawab nya, ia melirik ke arah Nathan.
"Jangan pura-pura kamu gak kenal dengan saya kamu tahu siapa saya, Mamih Olga." teriak Nathan lantang dari sebrang, jantung Olga berdetak kencang dengar suara nya dan langsung menutup telepon nya dengan telapak tangan nya yang sebelah.
Deg!
"Njir ... Kenapa jantung aku deg-degan, dengar suara nya? Gimana ini, mampus aku! Lagian mau apa sih dia minta ketemu aku di sini, kata nya mau nemuin aku di mess kenapa malah di sini? Bener-bener gak jelas nih manusia satu, bikin bingung orang deh! Dah lah, mau gak mau aku harus temuin dia dari pada dia gak mau bayar ganti rugi, semua kerusakan properti yang di restoran bisa kena juga aku ntar dipotong lagi gaji ku, mati anak ayam! Belom apa-apa udah menyusah kan aku nih, cowok satu! Tarik nafas pelan-pelan, hembus kan." gumam nya, ia mengatur nafas nya agar tidak ketahuan gugup nya.
Huft! Hela nafas nya berat berulang kali.
"Halo mih, jadi gimana? Halo, mih halo ... Kok gak ada suara nya dari tadi ke mana Si Mamih nya, tapi masih tersambung nih telepon!" securiti mengerut kan dahi nya.
"Ya halo, begini saja kamu bawa dia ke ruangan saya sekitar setengah jam lagi karena saya masih banyak kerjaan. Terima kasih, ya pak." perintah nya.
"Oh begitu, siap laksanakan! Maaf mengganggu kerja nya dan terima kasih kembali, mih!" ucap securiti itu dengan sigap, mereka berdua pun menutup telepon nya.
"Oh boy ... Dia bikin malam ini jantung aku latihan terus, dag-dig-dug duer daia! Mana kerjaan masih banyak, setengah jam lagi dia dibawa ke sini. Mimpi apa aku kemaren, harus berurusan kembali dengan Si Brunei. Aku butuh coklat biar rilex, coklat mana coklat? Semoga masih ada di kulkas, fiuh!" Olga mengusap keringat halus yang ada di kening nya, ia membuka lemari es mini nya. "Dewi Fortuna sedang ada dipihak ku, tinggal satu lagi coklat Silverqueen nya alhamdulillah." ia memakan nya perlahan seraya memejam kan mata nya dan begitu sangat menikmati nya.
Jantung Nathan pun berdetak kencang dan dia tidak sabar harus menunggu selama setengah jam untuk bertemu dengan Olga.