Olga menguncir kuda rambut panjang coklat emasnya yang tadinya dibiarkan terurai, ia pun memoles kembali bibirnya. "Nih lipstick katanya matt, kok gue makan luntur? Mahalnya doang, najong dah!" gerutunya seraya memulas lipstik pinknya di kedua bibirnya.
Dari kejauhan kedua mata mereka saling beradu, Nathan tersenyum simpul sedangkan Flower memasang wajah datar tanpa senyuman.
"Senyum dia bikin saya parno, sumpah deh gue parno!" batin Olga, ia berjalan cepat ke arah meja makannya.
"Mau pesen apa, buat dessertnya? tanya Nathan ketika Olga dudukkan bobotnya di kursi.
"Saya udah kenyang, langsung ke karaoke saja." jawab Olga tanpa basa-basi, Nathan angguk-angguk.
"Gue mau mabok aja, biar parno gue hilang dari hati dan pikiran gue!" batin Olga.
"Oke, sebentar kita tunggu pesanan buat Mang Dar ya." Olga anggukkan kepalanya, ia mengambil rokok dari dalam tasnya.
Nathan membelalakkan matanya, "Wow, emang kamu ngerokok?" tanya Nathan, ia tidak tahu kalo ternyata Olga merokok.
Olga anggukkan kepalanya, "Emang saya merokok, kenapa, masalah?" jawab Olga ketus, ia menghisap rokoknya dengan gayanya yang slengean.
"Dari cara dia isap rokoknya sih emang dia perokok, kan kalo bukan perokok aku tahu lah!" batin Nathan, ia memandangi Olga lekat.
"Gak pp, aku gak masalah kalo kamu merokok. Aku cuma kaget aja dikit, aku pikir kamu gak merokok seperti teman-temanmu itu." jelas Nathan, ia pun menyulut rokoknya dan menghisapnya.
"Gak usah kaget, aku bukan hantu! Masih lama gak pesenan buat, Mang Dar nya? Saya udah, dahaga nih!" Olga lirik kanan-kiri, Nathan langsung panggil waitres tanpa aba-aba lagi.
Waitres menghampiri meja mereka berdua, "Ada yang mau dipesan lagi, pak?" tanya waitres.
Nathan gelengkan kepalanya, "Saya cuma mau tanya, pesanan saya masih lama gak? Kalo masih lama cancel aja, sekalian saya minta billnya." titahnya, Olga hanya mendengarkan seraya sibuk dengan rokoknya.
"Sepertinya sudah selesai pak, saya akan segera bawakan pesanannya dan billnya. Maaf, menunggu lama pak!" Nathan angguk-angguk, waitress itu melengos meningkatkan meja mereka berdua.
"Lama juga pesenan buat Mang Dar, padahal udah ku pesan dari tadi." gumam Nathan, ia geleng-geleng.
"Kenapa dia, ngoceh apa sih dia? Ngomongnya pelan banget, gak denger gue. Au ah, bukan urusan gue!" batin Olga, ia mengadukan pangkal kedua alisnya.
Nathan melirik ke arah Olga, "Kamu tadi bilang dahaga ya, dahaga apa? Minuman kamu masih ada kan itu, apa mau pesen lagi?" selidiknya, ia menunjuk ke arah gelas Olga yang tinggal setengah berisi jus mangga.
"Oh kamu denger, saya kira kamu gak denger! Dahaganya lain lah, pengen yang seger-seger aja gitu." timpal Olga, ia mengerlingkan matanya.
"Dahaga yang lain, maksud kamu alcohol ya?" terka Nathan, ia tersenyum lebar.
"Yups! Pinter ya kamu, peka juga." celetuk Olga yang keceplosan memuji Nathan.
Nathan menaik turunkan sebelah alisnya, "Pastinya dong, siapa dulu ... Aku Nathan, singer papan atas Brunei!" ceplos Nathan balik dengan bangganya, Olga tersedak asap rokok sampai batuk mendengarnya.
Uhuk! Uhuk! Uhuk!
"Apa, singer papan atas Brunei? Jangan bercanda anda jangan bikin saya ketawa ngakak, papan atas apa papan penggilesan? Jangan ngadi-ngadi deh, ha-ha-ha." ledek Olga seraya tepuk-tepuk pelan dadanya.
"Terserah kamu mau bilang apa, nanti juga kamu tahu." ujar Nathan dengan santainya. "Makanya pelan-pelan ketawanya batuk kan, minumin air putih sayang!" ia menyodorkan gelas yang diisinya dengan air Aqua.
Olga melirik sinis ke arahnya, "Ini batuk bukan karena ketawa, tapi kaget denger omonganmu bilang singer papan atas Brunei, konon!" sewotnya, ia langsung meraih gelas dari tangan Nathan dan meneguknya sampai habis.
Glek! Glek! Glek!
Nathan tertawa terbahak-bahak, "Ha-ha-ha aku kira gara-gara ketawa tuh batuk, gemesin banget kamu tuh!" ia dudukkan bobotnya kembali ke kursinya.
Waitres datang membawa pesanan untuk Mang Dar dan billnya, ia meletakkan semua di atas meja makan mereka berdua.
Nathan meraih billnya, "Lima juta lebih aja, kupikir sampe sepuluh juta!" batinnya, ia mengambil tasnya mengeluarkan kartu kredit di dalam dompetnya.
"Saya ikut deh ke kasirnya, sekalian mau ke toilet!" ujar Nathan, waitres meraih billnya serta kartu kreditnya seraya anggukkan kepalanya.
"Bentar ya Olga sayang, don't go anywhere!" perintah Nathan, Olga diam tak menggubrisnya.
Waitres itu langsung melengos ke arah kasir diikuti Nathan dari belakang.
"Apa bener, dia singer papan atas Brunei? Gue sih gak percaya kalo dia singer, emang suara dia sebagus apa? I don't believe, that! Tapi kalo lihat dari cara berpakaiannya sih dia seperti orang entertainment, kita lihat aja nanti kan mau karaoke nih abis dari sini. Ngapain juga dia ijin sama gue, pake acara nyuruh gue jangan ke mana-mana emang siapa elo? Pede bener, nih cowok seiko satu!" dumelnya dalam hati seraya menghisap rokoknya, ia memandangi punggung waitres dan Nathan sampai menghilang di balik tembok.
"Tip buat kamu, terima kasih ya." ucap Nathan seraya memberikan dua lembar kertas berwarna biru ke tangan waitresnya.
Waitres itu angguk-angguk, "Terima kasih juga pak, jangan kapok ke sini lagi ya pak." waitres itu mengantongi dua lembar kertas biru itu seraya cengar-cengir.
Martin angguk-angguk dan tersenyum lebar, "Insya Allah, jika masih ada umur!" ucap Nathan seraya melengos ke arah toilet.
"Kenapa dia gak percaya aku bilang aku singer papan atas Brunei ya, emang wajah dan penampilan aku kurang meyakinkan? Tapi gak masalah sih kalo dia gak percaya, nanti juga kalo udah denger aku nyanyi dia percaya. Nanti aku nyanyikan lagu aku sendiri lah, biar dia tahu lagu-lagu aku juga." batin Nathan, ia merapihkan rambut dan bajunya.
Ketika memasuki altar restoran, "Loh ke mana dia, kok gak ada di meja? Kan aku udah pesen sama dia jangan ke mana-mana, kok malah ngilang! Dia itu ternyata degil juga selain galak, gak mau denger yang aku bilang." gumamnya, ia celingak-celinguk mencari Olga.
"Ke mana pacar saya yang di meja itu, kamu lihat tidak?" tanya Nathan pada waitres yang lewat.
"Oh ibu yang di meja itu, tadi saya lihat ibunya jalan ke luar pak!" sahutnya seraya menunjuk ke pintu utama.
Nathan menoleh ke arah yang ditunjuknya, "Terima kasih, mas!" Nathan menepuk pelan pundaknya, mereka berdua saling melemparkan senyum.
"Kenapa dia ke luar mau ke mana dia, apa dia langsung ke mobil Mang Dar ya?" batin Nathan, ia mengambil pesanan makan untuk Mang Dar di meja langsung melengos berjalan cepat ke luar.
Pikirannya bercabang ke mana-mana dan perasaannya bercampur aduk ketika balik dari bayar bill dan toilet lalu di meja makannya tidak melihat sosok pujaan hatinya Olga.
Saat di ambang pintu restoran Nathan menghentikan langkahnya, "Mobil Mang Dar mana ya, dia parkirnya di mana? Mana Si Olga ngilang, etdah menyusahkan saja tuh cewek galak!" gumamnya, ia celingak-celinguk ke sekitar mencari keberadaan Olga dan Mang Dar.
Raut wajahnya terlihat cemas dan bingung, dia meletakkan bungkus pesanannya di lantai membuka tasnya mengambil ponselnya lalu menghubungi nomer telepon Olga dan Mang Dar.
"Nomer telepon yang anda hubungi sedang di luar jangkauan." suara dari ponsel Olga, Nathan tambah cemas dan bingung.
"Waduh hpnya mati lagi, gimana ini? Coba telepon Mang Dar, moga gak mati hpnya!" gumamnya, ia beralih telepon Mang Dar.