Kring ... Kring ...
Mang Dar langsung angkat teleponnya, "Halo bos, jemput sekarang?" tanyanya datar.
"Halo Mang Dar, syukur lah aktif nomer teleponnya. Mamih Olga ada di situ gak, maksudnya di mobil Mang Dar?" tanya Martin dengan nada suara panik, Mang Dar mengerutkan dahinya.
"Mamih gak ada di mobil, bukannya dia sama Abang bos?" tanya balik Mang Dar dengan wajah bingung.
"Lah, ngapa dia malah nanya saya kan tadi mamih Olga sama dia ini bijimane ceritanya sih? Kok malah dia nanyain ke saya, aneh! Yang ada di depan mata aja bisa hilang apalagi jauh di mata, lucunya mereka berdua." batin Mang Dar, ia tepok jidat cengar-cengir merasa lucu dengan Nathan dan Olga.
"Waduh, saya kira mamih udah ada di mobil soalnya dia gak ada di sini. Saya tinggal bayar bill sama ke toilet, saya balik dia udah ngilang." jelas Nathan, ia bertambah panik dan gusar. "Mang Dar jemput saya deh, kita cari mamih dulu baru ke karaoke." titahnya, ia menarik nafas dalam-dalam.
Huft! Hela nafasnya berat.
"Siap, Abang bos!" timpal Mang Dar, mereka berdua menutup teleponnya.
Mang Dar dengan sigap melajukan mobilnya ke arah lobby restoran, raut wajahnya pun ikut bingung dan panik karena denger kabar mamih Olga menghilang.
"Kita cari mamih dulu Mang Dar, siapa tahu masih ada di deket-deket sini moga cepat ketemu!" celetuk Nathan seraya membuka pintu belakang, ia meletakkan bungkusan makanannya di jok depan.
"Dan ini makanan buat Mang Dar, dimakan ya nanti Mang." celetuk Nathan lagi, Mang Dar menoleh ke arah jok di sebelahnya.
"Ya ampun banyak amat makanannya jadi ngerepotin tapi makasih Abang bos, pasti nanti saya makan sama anak istri di rumah." ucap Mang Dar tersenyum lebar, ia senangnya bukan maen.
"Sama-sama Mang, itu tidak seberapa dibandingkan sama kesabaran Mang Dar yang udah mau nungguin saya sama mamih Olga, kira-kira ke mana ya mamih? Bawa mobilnya pelan-pelan aja Mang, takut gak kelihatan mamihnya." titahnya lagi, ia celingak-celinguk mencari Olga begitu pun dengan Mang Dar.
"Siap Abang bos moga kita cepet nemuin mamih, gimana kalo ke toko swalayan yang deket-deket sini bos? Yang sabar ya Abang bos, hadapin mamih Olganya." ucap Mang Dar, ia lirik kanan kiri toko-toko swalayan yang ada di sekitar.
"Iya Mang makasih, nanti kita berpencar aja mana nomer teleponnya gak aktif lagi bikin watir dan menyusahkan saja, susah hatiku dibuatnya." ujarnya, Nathan terus menghubungi nomer telepon Olga yang masih tidak aktif. Mang Dar hanya anggukkan kepalanya tersenyum tipis.
"Masih mati juga hpnya, ke mana sih nih cewek satu menyusahkan saja. Apa aku ada salah ngomong tadi di restoran, sampai buat dia marah? Ah entah lah aku tak tahu dia itu sangat misterius dan membingungkan, apa-apa lah suka hati dia intinya sekarang cari dia dulu sampai ketemu." dumelnya dalam hati, ia masukkan ponselnya ke dalam tasnya.
"Si Mamih kenapa lagi sih pake acara ngilang, apa masih ribut di dalam restoran juga nyambungin ribut yang di mobil? Ada-ada aja, udah tambah malam pula. Kasihan Abang bos dibuatnya panik, segini baik dia gimana yang gak baik?" batin Mang Dar, ia melirik ke arah Nathan yang terlihat begitu rungsing.
Nathan dan Mang Dar turun dari mobil langsung berpencar ke toko-toko swalayan yang berada tidak jauh dari restoran.
"Ada lagi tambahannya, Bu?" tanya kasir, Olga gelengkan kepalanya.
"Semuanya jadi seratus empat puluh tiga ribu, mau ikut nyumbang untuk dhuafanya Bu?" tanya kasir lagi, Olga hanya anggukkan kepalanya.
Olga mengambil dompetnya dalam tas, "Pantes perut berasa gak enak tahunya gue mau dateng bulan, gue kira karena makanan gue yang pedes mampus!" batinnya, ia menyodorkan dua lembar kertas berwarna merah ke arah kasir.
Kasir itu meraih dua lembar kertas merah dari tangan Olga, "Nyumbangnya mau berapa, Bu?" tanyanya lagi, Olga meraih plastik belanjaannya di meja kasir.
Olga melirik ke arah kasir, "Semuanya, terima kasih." timpalnya, ia melengos meninggalkan meja kasir keluar.
"Sama-sama dan terima kasih kembali, Bu." gumam kasir memandangi punggung Olga yang berlalu dari hadapannya.
Nathan dan Mang Dar udah keluar masuk toko swalayan, dari toko swalayan satu ke toko swalayan yang lain tapi belum juga menemukan Olga.
"Gimana Mang Dar, ketemu?" tanya Nathan seraya berjalan ke arahnya, Mang Dar geleng-geleng.
"Tidak Abang bos, ke mana ya mamih? Moga tidak terjadi hal buruk sama mamih, mana udah malem jauh dari mess!" ucapan Mang Dar cukup membuat Nathan bertambah panik dan khawatir tiada tara.
"Duh jangan sampai dong Mang Dar, baru saya ketemu sama wanita yang bisa bikin jantung saya berdegup kencang lagi." ucap Nathan keceplosan, ia menutup mulutnya dengan sebelah tangannya.
"Mati aku keceplosan, malu aku ehs!" batin Nathan, pipinya merona morena merana.
Mang Dar tersenyum lebar, "Waduh Abang bos lagi kasmaran, jadi bener lah ya tebakan saya eh feeling saya dari lihat gelagat Abang bos ke mamih Olga. Saya seneng mendengarnya, berita baik kan ini namanya dan saya ikut senang untuk Abang bos." celotehnya, ia turut senang dengar kabar baik walau pun keceplosan dari mulutnya Nathan langsung.
Nathan cengangas-cengenges, "He-he-he udah ah ganti topik saya malu, kita kembali cari mamih Olga sebelum bertambah malam dan semoga dia baik-baik saja." terangnya, ia merangkul pundak Mang Dar sambil berjalan ke arah toko swalayan yang belom mereka masuki.
Dari kejauhan Nathan dan Mang Dar melihat Olga yang sedang berjalan santai ke arah restoran dengan plastik belanjaannya di tangan sebelah kirinya sedangkan sebelah kanannya lagi pegang rokok yang menyala.
"Itu mamih Olga, Abang bos!" celetuk Mang Dar seraya menunjuk ke arah Olga, Nathan angguk-angguk.
"Saya lihat Mang Dar, syukur lah dia baik-baik aja. Ayo, kita kejar dia Mang Dar!" ajak Nathan, ia berlari kecil menghampiri Olga disusul Mang Dar di belakangnya.
"Mamih ... Mamih Olga ..." seru Nathan dengan lantang, Olga celingak-celinguk mencari sumber suara yang memanggil namanya.
"Siapa yang manggil ya, kaya ada yang manggil? Jangan-jangan makhluk tak kasat mata lagi, mana sepi di sini! Katanya kalo jalan sendiri malem-malem jangan nengok ke belakang, jadi jangan nengok ke belakang takut ih!" batin Olga, ia menghisap rokoknya dan mempercepat langkah kakinya. Nathan pun mempercapet larinya.
"Mih tungguin, aku!" seru Nathan lantang untuk ketiga kalinya. "Kenapa jalan dia tambah cepet, emang gak denger apa aku panggil?" gumamnya bingung, ia tengok ke belakang cek Mang Dar. "Cepetan larinya Mang Dar, masih sanggup kan?" selidik Nathan, Mang Dar hentikan langkahnya dengan nafas yang memburu.
"Duluan saja Abang bos, saya gak bisa lari lagi gak sanggup!" timpal Mang Dar terengah-engah membungkukkan badannya dengan kedua tangannya bertumpu di kedua pahanya.
"Semangat Mang Dar, aku duluan ya!" seru Nathan lagi, ia melanjutkan larinya mengejar Olga. Mang Dar mengacungkan jempolnya ke arahnya.
"Kaya gak tahu saja badan saya yang sedikit mengembang ini mana kuat lari, belom apa-apa aja udah capeknya minta ampun! Sepertinya saya harus diet nih, tapi gimana caranya di mobil aja banyak makanan dari Abang bos!" batin Mang Dar, ia mengatur nafasnya yang sudah tidak beraturan.