Leon menarik napas dalam ketika sebelumnya ia tidak bisa berpikir baik tentang orang yang menelfon padanya dengan nomor tak di kenal. Awalnya Leon mendengus tak ingin mengangkatnya saat ada klien penting yang ada di ruang meetingnya beruntung saja sudah selesai berpesentasi mengenai bisnisnya yang saat ini, jika tidak mungkin sekarang ini Leon tidak berada di rumah sakit.
"Kenapa kamu tidak bilang jujur saja? Lagi pula, Claire, akan mengerti." dumal Leon sambil mengingatkan sepupunya yang saat ini di sudut pelipisnya terdapat perban.
"Aku lupa, Kak. Lagian itu tinggal di tekan tombol doang kirain gampang dan juga mobilnya jalan." Renji membela diri dengan jawabannya.
Leon menggeleng heran. "Meskipun matic juga tetap saja ada peraturannya setiap kendaraan, Renji."