Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaannya di kantor, akhirnya Yonghwa pulang ke rumah. Sesaat setelah memasuki pintu, semerbak wangi masakan Haewon menyebar. Pria itu berjalan menuju dapur, dan dia mendapati Haewon sedang memasak sedangkan Seunghan memperhatikan Haewon dari balik meja bar.
Yonghwa mendekat ke arah mereka dan memberi isyarat pada Seunghan dengan menaruh jarinya pada bibir, meminta bocah itu untuk diam. Sedangkan Haewon masih belum sadar akan kedatangan Yonghwa, gadis itu masih fokus pada nasi goreng kimchi yang sedang ia masak.
Sekarang Yonghwa duduk tepat di sebelah Seunghan, mereka hanya saling tatap tanpa bersuara.
"Seunghan-aa, apa ayahmu akan menyukai masakanku?" Haewon tiba-tiba bertanya.
"Itu tergantung bagaimana rasanya nanti," sahut Yonghwa yang seketika membuat Haewon membalikkan badannya.
Dia benar-benar tak sadar akan kedatangan pria itu. Saat ini wajah Haewon benar-benar memerah karena pertanyaan bodohnya didengar langsung oleh Yonghwa.
"K-kau sudah pulang? Haha." Haewon tertawa renyah.
"Ya, aku sudah pulang… buktinya kau bisa melihatku di hadapanmu kan sekarang, sayang," goda Yonghwa.
Haewon kembali membalikkan badannya, saat ini dia benar-benar malu. Tangannya masih terus mengaduk nasi goreng yang masih ada di atas wajan.
"Sampai kapan nasi itu akan digoreng? Apa kau tak ingin menyajikannya untukku dan Seunghan? Kami sudah lama menunggu lho," kata Yonghwa kembali menggoda Haewon.
"A-ah, iya akan segera ku sajikan," ucap Haewon yang kini gelagapan mencari mangkuk untuk menyajikan masakannya.
Sekarang adalah saat-saat yang paling mendebarkan bagi Haewon. Ya, saat dia menyuguhkan dua mangkuk berisikan nasi goreng kimchi lengkap dengan telur ceplok setengah matang di atasnya.
Yonghwa dan Seunghan sempat bertatapan sebentar saat melihat penampilan dari masakan Haewon yang bisa dibilang terlihat meyakinkan. Mereka sama-sama menyuapkan sesendok penuh nasi ke dalam mulut, dan ya, mata mereka melebar tatkala merasakan perpaduan rasa gurih, asam, dan sedikit pedas dari masakan Haewon.
"Wah! Masakanmu sangat enak," puji Yonghwa yang langsung diberi persetujuan oleh Seunghan dengan anggukan nya.
"Benarkah?" tanya Haewon tak percaya bahwa pria dan bocah itu menyukai masakannya.
"Ya, ini adalah nasi goreng kimchi terenak yang pernah kumakan," kata Yonghwa.
"Syukurlah kalian menyukainya." Kini Haewon dapat bernafas lega.
Dia pun ikut bergabung duduk di kursi dan mulai menikmati masakannya. Setelah selesai makan, Yonghwa membantu Haewon mencuci mangkuk dan peralatan makan. Sedangkan Haewon pergi ke kamar Seunghan untuk menemani bocah itu gosok gigi dan berganti pakaian.
Setelah selesai menemani Seunghan, gadis itu bergegas kembali ke dapur dan mendapati mangkuk-mangkuk sudah tersusun rapi. Dia tak mendapati Yonghwa di sana. Mungkin sudah naik ke kamar, pikirnya.
Akhirnya Haewon memutuskan untuk kembali ke kamar Seunghan. Dia membantu Seunghan untuk menyiapkan buku pelajaran yang akan dibawa besok. Setelah buku pelajaran siap, Haewon menawarkan diri untuk membacakan sebuah buku. Seunghan memilih bukunya dan bersiap untuk mendengarkan mamanya bercerita.
Beberapa saat kemudian, Haewon keluar dari kamar Seunghan setelah memastikan bahwa anak itu telah tertidur. Tak lupa Haewon mengecup kening bocah kecil itu. Sangat menggemaskan, batinnya.
Haewon bingung harus pergi kemana, apa dia harus pergi ke kamar? Ataukah menunggu Yonghwa tidur dulu lalu dia bisa pergi?
Akhirnya Haewon memutuskan untuk pergi ke taman di belakang rumah. Ya, rumah Yonghwa memang sangat luas, sampai rasanya sangat lelah jika harus berkeliling rumah ini.
Haewon sampai di taman, dan ya, dia salah karena memilih taman untuk menghindari Yonghwa. Karena nyatanya gadis itu malah bertemu dengan Yonghwa di sana.
"Kemarilah," ucap Yonghwa yang sekilas melihat gadis itu hendak pergi dari sana.
Mau tak mau, Haewon akhirnya menghampiri Yonghwa dan duduk di sebelah pria itu. Malam ini mereka duduk bersama di atas rumput sambil melihat indahnya bintang yang bertaburan di atas langit.
"Kau belum mengantuk?" Setelah beberapa saat hening, akhirnya Haewon berani bertanya pada Yonghwa.
"Belum, bagaimana denganmu?" ucap Yonghwa.
"Sama denganmu, aku juga belum mengantuk," kata Haewon.
"Apa aku boleh bercerita padamu?" tanya Yonghwa.
"Tentu saja," sahut Haewon.
"Apa kau tak penasaran denganku?" Pria itu kembali bertanya.
"Eum… ya, tentu saja aku penasaran tentangmu dan Seunghan," jawab Haewon.
"Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" Kali ini Haewon yang bertanya melihat wajah Yonghwa yang berubah sendu.
"Ya, banyak sekali," jawabnya.
"Kemarilah, mau bersandar sebentar di bahuku?" Tawaran Haewon langsung di iyakan oleh Yonghwa yang mendekat padanya dan menaruh kepalanya pada bahu gadis itu.
"Apa aku adalah ayah yang baik?" tanya Yonghwa.
"Tentu," jawab Haewon.
"Haewon-aa…" panggil Yonghwa.
"Eung…" sahut gadis itu.
"Jika nanti kau mendengar hal buruk tentangku, apa kau akan meninggalkanku?" Malam ini entah kenapa Yonghwa banyak bertanya.
"Aku akan bertanya padamu tentang kebenaranya, atau aku akan bertanya pada Chanhee oppa dan kakek, mungkin," jawab Haewon.
"Terimakasih," kata Yonghwa
"Untuk apa?" tanya Haewon.
"Terimakasih karena mau mendengarkanku dan bersedia menjadi sandaranku," jawab Yonghwa.
"Tentu saja aku harus melakukan hal itu, bukankah kita adalah pasangan?" kata Haewon.
Yonghwa tersenyum mendengar jawaban Haewon. Dia masih meletakkan kepalanya pada bahu gadis itu. Rasanya nyaman.
Sebenarnya ada banyak hal yang ingin Yonghwa ceritakan pada Haewon, tapi entah kenapa dia masih belum bisa bercerita ada gadis itu. Rasanya dia sangat takut, takut akan kehilangan gadis di sampingnya itu.
"Kim Haewon…" panggil Yonghwa.
"Eung…" sahutnya.
"Namamu sangat indah," ucap Yonghwa.
"Aku rasa kau sudah mengantuk, Yonghwa-ya… ayo masuk ke dalam, di sini semakin dingin," kata Haewon.
Yonghwa mengangkat kepalanya dari bahu Haewon, dan bangkit lebih dahulu kemudian pria itu mengulurkan tangannya untuk Haewon. Dia menyambut uluran tangan Yonghwa dengan senang hati.
Mereka berjalan beriringan menyusuri anak tangga, naik ke atas menuju kamar mereka. Sesampainya di kamar, Haewon segera menuju pintu yang menghubungkan kamarnya dan kamar Yonghwa.
"Selamat tidur," ucap Haewon sebelum akhirnya menutup pintu.
Entah kenapa hati Haewon menjadi tak karuan setelah mendengar pertanyaan-pertanyaan Yonghwa tadi di taman. Gadis itu bertanya-tanya, apa yang sebenarnya ingin Yonghwa ceritakan padanya.
Apa itu tentang masa lalunya? Apakah itu tentang ibu Seunghan? Apapun itu, jujur saja sebenarnya Haewon sangat penasaran dengan semua hal tentang Yonghwa dan Seunghan.
Untuk bisa membantu Seunghan, Haewon juga harus tau apa yang terjadi di masa lalu bocah itu. Satu yang Haewon tau, bahwa apa yang terjadi pada masa lalu mereka bukanlah hal yang baik.
Masa lalu mungkin merupakan sebuah luka bagi Yonghwa, terlebih untuk Seunghan mengingat trauma yang dialami bocah itu. Haewon berharap Yonghwa bisa secepatnya bercerita padanya, agar sekiranya dapat mengurangi sedikit rasa sakit yang pria itu pendam, dan juga agar Haewon bisa tau penyebab keadaan Seunghan seperti sekarang.