Keempat orang itu kini tengah duduk di ruang tamu, sesekali Chanhee terlihat memijat pelipisnya, sedangkan Yonghwa terlihat mengambil nafas berat.Kedatangan Myungeun benar-benar membuat mereka khawatir. Sementara itu kedua gadis yang ada di ruangan yang sama itu tak mengerti apa sebenarnya yang membuat kekasih mereka begitu cemas dan khawatir.
"Sebenarnya apa yang membuat kalian begitu khawatir?" tanya Haewon.
"Keselamatan kalian," jawab Yonghwa.
"Apa kehadiran bibi begitu mengancam bagi kalian?" Kali ini giliran Seongeun yang bertanya.
"Tentu, dia adalah serigala berbulu domba," ucap Chanhee.
"Dia sangat membenciku dan Chanhee," kata Yonghwa.
Sejujurnya kedua gadis itu sangat bingung dengan jawaban kedua pria itu. Kenapa Myungeun membenci keduanya? Apa ada sebuah kejadian yang terjadi sebelumnya? Ada banyak pertanyaan yang ingin mereka ketahui jawabannya, tapi kedua gadis itu memilih untuk diam. Mereka memilih untuk mempercayai kedua pria di hadapan mereka.
"Dulu, bibi pernah menjodohkanku dengan anak saudara suaminya. Aku selalu menolaknya, tapi bibi selalu memaksakannya. Sampai hari ini dia mendengar bahwa aku telah menikah. Aku yakin dia akan mencari cara untuk menghancurkan pernikahanku." Yonghwa menjelaskan situasinya.
"Sedangkan bibi membenciku karena aku lebih memilih untuk mendirikan studio musik ketimbang menjalankan perusahaan keluarga." Chanhee juga ikut menjelaskan.
Dari penjelasan Yonghwa dan Chanhee, mereka bisa tau bahwa Myungeun adalah orang yang kolot. Dan di acara pesta ulang tahun kakek bisa saja dia membuat kekacauan.
"Sekarang aku paham situasinya, dengan begitu aku rasa, baik aku maupun Seongeun eonni bisa menyiapkan diri untuk pesta ulang tahun kakek," ucap Haewon.
"Jangan terlalu khawatir, kami sudah biasa menghadapi orang-orang seperti bibi," ucap Seongeun berusaha menenangkan.
"Aku berharap tidak ada kekacauan di pesta besok," Ujar Yonghwa.
"Ah, sudah hampir jam pulang sekolah Seunghan," ucap Haewon.
"Bagaimana kalau kita pergi menjemput Seunghan, setelah itu kita pergi untuk membelikan hadiah ulang tahun kakek?" Seongeun memberikan sebuah ide.
"Ide bagus eonni," Haewon menyetujui ide Seongeun.
"Tunggu dulu, kau masih sakit. Bagaimana bisa aku membiarkanmu pergi sendiri," ucap Yonghwa.
"Aku sudah baik-baik saja," tukas Haewon.
"Tidak bisa, aku ikut." Yonghwa berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah luar.
"Aku juga ikut." Chanhee mengekor di belakangnya.
Sedangkan kedua gadis itu pasrah, ikut mengekor di belakang kedua pria itu. Mereka akhirnya pergi untuk menjemput Seunghan bersama.
Sesampainya di depan sekolah Seunghan, Haewon turun untuk menjemput Seunghan, bocah itu sedikit terkejut melihat paman dan bibi nya juga ikut menjemputnya.
Seunghan duduk di tengah-tengah Seongeun dan Haewon. Dia bertanya lewat tatapannya pada Chanhee.
"Kita akan pergi membeli kado ulang tahun kakek bersama," ucap Chanhee menghilangkan rasa penasaran bocah itu.
Setelah menempuh kurang lebih setengah jam, mereka akhirnya sampai di sebuah mall yang terkenal di kota Seoul.
Hal pertama yang mereka lakukan adalah memberi makan Seunghan. Bocah itu memilih katsudon sebagai makan siangnya. Setelah selesai makan siang, tujuan mereka sekarang adalah membeli hadiah untuk kakek.
Mereka pergi ke sebuah toko barang antik yang cukup mahal. Di sana mereka melihat sebuah lukisan bunga yang cukup indah dan pasti sangat disukai oleh kakek.
Seongeun dan Chanhee memilih lukisan tersebut sebagai hadiah untuk kakek. Sedangkan Haewon dan Yonghwa masih mengitari toko lainnya untuk menemukan hadia yang cocok.
Akhirnya pilihan Haewon jatuh pada sebuah jam tangan mahal yang terpajang di sebuah toko, sedangkan Seunghan memilih sebuah pesawat kayu sebagai hadiah untuk kakek.
Setelah selesai memilih hadiah, mereka kembali ke rumah Yonghwa. Siapa sangka, sebuah mobil terparkir di depan rumah itu. Mobil yang tampak tak asing. Ya, itu adalah Myungeun.
Mereka bergegas memasuki rumah dan mendapati Myungeun tengah duduk di sofa ruang tamu. Di sampingnya juga duduk seorang gadis cantik.
Sadar akan kedatangan sang pemilik rumah, Myungeun menolehkan wajahnya. Dia sedikit terkejut mendapati Chanhee bersama seorang wanita yang tidak lain adalah Seongeun.
Myungeun berdiri, dia berulang kali menatap Seongeun dan Haewon. Dari ujung kepala sampai kaki tatapannya memandang remeh kedua gadis itu.
Sedangkan gadis yang duduk di sampingnya tadi ikut berdiri. Sama seperti Myungeun, gadis itu pun memandang Haewon dan Seongeun dengan tatapan remeh.
"Jadi ini, istri dari seorang Lee Yonghwa?" ucap Myungeun.
"Sedikit terlihat menyedihkan," timpal gadis tak dikenal itu.
Yonghwa mulai mengepalkan tangannya. Pria itu tampaknya tersulut dengan perkataan Myungeun yang hendak meremehkan Haewon. Untunglah Haewon ada di sampingnya dan memegang tangan pria itu.
Sebelum keadaan semakin memanas, Haewon berlutut di hadapan Seunghan dan meminta bocah itu untuk masuk ke kamarnya. Haewon tak ingin kondisi mental Seunghan terpengaruh oleh keadaan ini.
Seunghan menuruti permintaan Haewon. Bocah itu bergegas ke kamarnya. Namun, Myungeun berusaha menghalanginya. Tapi hal yang tak terduga berhasil membuat Haewon sedikit tertawa. Ya, Seunghan, bocah kecil itu kesal karena di halangi. Akhirnya dia menginjak kaki Myungeun sebelum akhirnya berhasil pergi.
"Anak kurang ajar. Bagaimana kamu mendidiknya Yonghwa? Apa ini pengaruh dari istrimu itu?" kata Myungeun dengan nada meninggi.
"Kau lah yang seharusnya belajar sopan santun. Bagaimana bisa bibi menerobos masuk ke rumahku?" ucap Yonghwa.
"Jaga perkataanmu Yonghwa, apa wanita jalang itu telah merusakmu," gadis di samping Myungeun ikut bersuara.
"Bukankah perkataan jalang lebih tepat untuk mu? Kau wanita jalang yang menggoda seorang pria beristri." Yonghwa mulai tersulut emosi.
"Lee Yonghwa, ceraikan gadis itu dan menikahlah dengan Jang Gyeoul," perintah Myungeun.
"Bibi tidak berhak memerintahku. Haewon adalah pilihanku yang tak akan ku ganti, berusahalah sekuat yang bibi bisa, aku tak akan melepaskan Haewon." Yonghwa merangkul Haewon dan membuat gadis bernama Gyeoul itu sedikit kepanasan.
"Aku sarankan bibi segera pergi dari rumahku dan jangan membuat kekacauan di pesta ulang tahun kakek. Karena bibi melakukan hal yang sia-sia," lanjut Yonghwa.
"Baiklah, aku akan pergi, tapi ingat Yonghwa, aku tak akan pernah setuju dengan pernikahanmu," ucap Myungeun.
"Maaf, tapi aku tak perlu persetujuanmu," ucap Yonghwa.
"Dasar pembunuh." Kata terakhir yang diucapkan oleh Myungeun sebelum akhirnya keluar dari rumah Yonghwa sontak membuat Haewon dan Seongeun terperanjat.
Terlebih wajah Yonghwa yang terlihat pucat saat mendengar kata itu. Hal itu membuat Haewon khawatir dengan kondisi Yonghwa.
Setelah perdebatan dengan Myungeun, mereka bertiga duduk di ruang tamu, keheningan menyelimuti mereka. Sedangkan Haewon memastikan Seunghan telah mengganti pakaiannya dan tertidur.
Haewon keluar dari kamar Seunghan dan mendapati atmosfer yang aneh tengah menyelimuti ruang tamu. Tampaknya Chanhee pun tak bisa mengendalikan keadaan Yonghwa.
Haewon memberi kode pada Seongeun agar segera pulang, dia akan menangani Yonghwa setelah mereka pulang. Seongeun mengerti, tapi belum sempat dia memberi kode ada Chanhee, Yonghwa telah berdiri lebih dulu.
"Pulanglah, sudah larut malam. Sampai bertemu besok," ucapnya sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruang tamu.
Haewon, Seongeun, dan Chanhee saling melempar tatap dan menghela nafas berat.
"Baiklah aku akan pulang," ucap Chanhee.
"Tolong jaga Yonghwa," bisiknya pada Haewon.
Haewon mengantar keduanya sampai kedepan pintu, setelah itu dia mengganti sandi pintu, dan memastikan pintu terkunci dengan baik.