Chereads / My psychiatrist's love / Chapter 23 - Kehangatan Cinta

Chapter 23 - Kehangatan Cinta

Pagi ini Haewon bangun lebih awal, gadis itu sibuk di dapur pagi-pagi sekali. Dia akan menyiapkan sarapan untuk Yonghwa dan Seunghan sebelum keduanya bangun. Gadis itu memilih untuk membuat sandwich dengan bahan yang ada di kulkas. Dia juga membuat ice coffee untuk Yonghwa dan susu hangat untuk Seunghan.

Tepat setelah Haewon selesai menyiapkan sarapan, Yonghwa dan Seunghan muncul bersamaan masih dengan piyama mereka.

"Kalian sudah bangun? Aku membuat tuna sandwich, duduk dan makanlah," kata Haewon yang langsung dipatuhi oleh keduanya.

Mereka langsung duduk di kursi yang mengitari meja makan. Yonghwa menegak ice coffee yang telah disediakan Haewon, sedangkan Seunghan langsung melahap sandwich yang dibuat Haewon.

"Tidur kalian nyenyak?" tanya Haewon.

"Eung," jawab mereka bersamaan.

"Setelah ini kita bersiap untuk pergi ke sekolah… mama akan mengantar Seunghan," ucap Haewon.

"Aku akan mengantar kalian sebelum ke kantor," ucap Yonghwa.

"Baiklah kalau begitu," sahut Haewon.

Setelah selesai sarapan, Haewon membantu Seunghan untuk bersiap ke sekolah. Gadis itu merapikan seragam yang Seunghan kenakan. Setelah selesai mereka keluar dan mendapati Yonghwa telah rapi dengan setelan jas berwarna dongker.

Mereka berangkat menuju ke sekolah Seunghan, di dalam mobil mereka saling diam. Ya, memang Seunghan selalu diam dan masih jarang sekali berbicara. Tapi, Yonghwa dan Haewon tampak kikuk karena kesunyian diantara mereka.

Sesampainya di sekolah, mereka melihat banyak anak-anak yang diantar oleh kedua orang tuanya. Kali ini Seunghan tampak bahagia karena mama dan papanya lah yang kini mengantarnya ke sekolah.

Saat hendak memasuki gerbang sekolah, Seunghan malah terdiam dan membalikkan badannya ke arah Haewon dan Yonghwa. Sontak mereka saling tatap, bingung akan perilaku Seunghan.

"Seunghan-aa ada apa?" Haewon berjongkok menyamakan tingginya dengan Seunghan.

Seunghan malah menatap ke arah kanannya, Haewon dan Yonghwa saling bertatapan lalu melihat ke arah kiri mereka. Betapa terkejutnya mereka tatkala mendapati seorang anak yang pipinya dikecup oleh orang tuanya lalu papa dan mamanya juga saling mencium pipi satu sama lain.

Haewon membuang wajahnya menghindari tatapan Yonghwa, tapi tiba-tiba Seunghan mencium pipinya dan kini tengah menatapnya seakan berkata, "mama ayo cium papa sekarang."

Haewon mengalah, ketimbang Seunghan tak mau masuk sekolah hari ini bukankah dia seharusnya sedikit berkorban? Lagi pula hanya cium pipi saja, batin Haewon.

Haewon pun berdiri dan kemudian menangkup wajah Yonghwa dengan kedua tanganya lalu dia sedikit berjinjit agar bisa mengecup pipi Yonghwa.

"Nah, kalau begini sudah kan? Seunghan bisa masuk ke kelas dengan penuh cinta," ucap Haewon.

"Papa!" ucap Seunghan dengan nada menuntut.

"Baiklah," ucap Yonghwa sebelum mendaratkan sebuah kecupan pada kening Haewon.

Setelah itu Seunghan langsung berlari pergi memasuki gerbang sambil melambaikan tangannya, meninggalkan dua orang yang kini tengah saling salah tingkah.

Haewon segera berbalik arah menuju mobil Yonghwa yang terparkir tak jauh dari sana. Dengan wajah yang memerah karena malu dia segera masuk ke dalam mobil menghindari Yonghwa.

Setelah kejadian itu keduanya semakin kikuk, di dalam mobil yang kini menuju ke arah kantor Yonghwa.

"Kau akan pergi kemana?" Yonghwa akhirnya bertanya pada Haewon setelah keheningan yang lama menyelimuti mereka.

"Ah, aku turun di toko buku itu saja, aku akan membeli beberapa buku cerita baru untuk Seunghan. Lagi pula aku tak akan jauh-jauh dari sekolah Seunghan," jawab Haewon yang sebenarnya ingin sekali cepat-cepat turun dari mobil.

"Baiklah," kata Yonghwa singkat.

Sebelum Haewon turun, Yonghwa memberikan sebuah kartu berwarna hitam kepada Haewon.

"Pakailah untuk berbelanja," ucapnya.

Mata Haewon membulat dibuatnya, betapa terkejutnya dia melihat sebuah kartu tanpa batas itu diberikan padanya.

"Apa aku boleh memakainya?" tanya sekali lagi.

"Ya, kau boleh memakainya untuk keperluanmu dan Seunghan," jawab Yonghwa.

Akhirnya Haewon turun dari mobil dan masuk ke dalam toko buku.

***

Pagi ini pula di tempat lain, tepatnya di sebuah apartemen. Seongeun masih berada dalam selimutnya, sedangkan Chanhee tengah sibuk di dapur membuat sarapan untuk gadisnya.

Tak lama kemudian Seongeun bangun dari tidurnya dan tak mendapati Chanhee di sampingnya. Gadis itu segera beranjak dari kasurnya, pergi keluar kamar untuk mencari Chanhee.

Entah kenapa perasaannya menjadi takut saat tak mendapati Chanhee disisinya. Setelah melihat punggung chanhee di dapur, hatinya kembali tenang. Gadis itu bergegas menghampiri Chanhee dan memeluknya dari belakang.

Chanhee sedikit terkejut dibuatnya. Lalu kemudian dia tersenyum dan membalikkan tubuhnya menghadap Seongeun. Dia menatap gadisnya itu lalu kemudian mengecup keningnya.

"Apa nuna setakut itu kehilanganku?" goda Chanhee.

"Eung," jawab Seongeun.

Chanhee mengacak rambut Seongeun gemas dan kembali memberi kecupan pada kening gadis itu.

"Aku akan memasak sarapan, tunggulah sebentar. Setelah sarapan kita akan pergi ke suatu tempat yang indah," ucap Chanhee.

Tak lama menunggu masakan Chanhee telah siap. Pria itu memasak scramble egg dan sosis yang di panggang. Tak lupa dia menyiapkan segelas susu hangat untuk Seongeun.

"Makanlah," ucapnya.

"Kau akan mengajakku kemana?" tanya Seongeun.

"Ke sebuah tempat yang indah, lalu aku juga akan mengenalkanmu pada seseorang," jawab Chanhee.

"Nuna berdandanlah yang cantik ya," lanjutnya.

"Eung," ucap Seongeun.

Setelah Seongeun selesai berdandan, Chanhee segera mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat. Di sepanjang perjalanan mereka disuguhkan pemandangan yang indah. Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah tempat yang sangat sepi.

Saat memasuki gerbang Seongeun terlihat bingung dengan tempat itu. Bagaimana tidak, sepanjang mata memandang sudah bisa dipastikan bahwa tempat itu adalah sebuah pemakaman.

Mobil Chanhee akhirnya berhenti di sana. Chanhee sempat menatap Seongeun yang terlihat bingung.

"Aku ingin mengenalkan nuna pada seseorang," ucapnya.

"Ayo." Seongeun tersenyum menatap Chanhee.

Mereka berjalan sambil bergandengan tangan, menyusuri nisan yang berjejer di samping kanan dan kiri. Sambil membawa sebuah bouquet bunga yang sebelumnya sempat mereka beli.

Sampai akhirnya mereka berhenti pada sebuah nisan berdampingan dengan pahatan nama Jessica Bang dan Lee Chanmin. Chanhee menaruh bouquet bunga di samping nisan lalu kembali menggenggam tangan Seongeun.

"Ayah, ibu… hari ini aku membawa seseorang yang spesial untukku," ucap Chanhee.

"Namaku Baek Seongeun." Gadis itu memperkenalkan dirinya.

"Seperti yang ayah dan ibu lihat dari sana, nuna adalah gadis yang baik, aku bahagia ketika bersamanya," ujar Chanhee.

"Aku berharap perjalanan cintaku bisa seperti kalian, abadi hingga pergi bersama ke atas sana," lanjutnya.

Seongeun tersenyum melihat Chanhee, dia menggenggam tangan pria itu lebih erat. Tak disangka ternyata Chanhee sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya dan hidup sendiri. Pantas saja kakek sangat menyayanginya.

Setelah mengunjungi makam kedua orang tua Chanhee, sekarang pria itu tengah mengemudikan mobilnya menuju suatu tempat lagi. Tempat yang penuh dengan kenangan bagi Seongeun, kota Pohang.