"Haahh!! Berat memang, tapi kalau sudah begitu aku hanya bisa mendukung semua keputusanmu saja," Lisa ikut terenyuh mendengar keputusan Qonin, dia kembali memeluk sahabatnya itu agar beban yang dia pikul tidak terasa berat.
"Makasih ya, Sa," jawab Qonin yang sudah bisa mengendalikan diri, air matanya juga tidak menetes, mungkin sudah habis mengering setelah berpuluh-puluh liter dia tumpahkan sebelumnya.
"Astaga!! Kenapa aku lupa nggak menawarimu minum? Kamu mau minum apa?" Lisa yang sudah melepas pelukannya itu berdiri.
"Apa saja Sa," jawab Qonin tersenyum melihat tingkah Lisa yang menurut dia ekspresi terkejutnya lucu.
Lisa pun bergegas keluar kamar menuju dapur, Qonin ikut berdiri menuju jendela besar yang menjurus ke taman belakang rumah Lisa yang ditumbuhi beberapa bunga hias dan tanaman buah bonsai.
"Hah!! Keputusanmu sudah tepat Qonin, hanya menunggu masalah waktu dan luka hatimu itu akan sembuh sendiri," gumam Qonin berusaha bangkit dari dilema yang membuat dia oleng.
