Sesampainya di sekolah, Tiara membawa Nadya ke kantor.
"Buk Tiara, Nadya kenapa?" Tanya Kepala Sekolah.
"Dia terkena maag, dan sekarang dia mau pulang. Aku akan mengantarnya dulu!" Jawab Tiara sambil mengemasi tas nya.
Setelah itu Tiara pamit lalu mengantar Nadya pulang.
Setelah dari rumah Nadya, Tiara mampir ke sebuah warung makan dan di sana dia bertemu dengan Nia.
"Tiara ... " Sapa Nia.
Tiara tersenyum dan langsung menghampiri tempat duduk Nia.
"Mbak Nia kok sendirian saja?"
Nia tersenyum. "Hahaha .. Ya begitulah nasib lajang selalu sendiri. Oh iya, ayo duduk!"
Sambil senyum Tiara duduk di sebelah Nia.
"Oh ya aku dengar minggu depan kamu dan Angga akan menikah ya? Selamat kalau begitu!"
Tiara terlihat bingung. "Nikah? siapa yang bilang?"
"Cie pura-pura tidak tau nih ya, orang satu kantor sudah tau kalau kalian bakal nikah minggu depan, tetangga di rumah juga udah pada ribut ... " Jelas Nia yang kebetulan satu Desa dengan Angga.
Tiara benar-benar bingung, dia juga ditanya seperti itu tadi malam oleh kakaknya, tapi kakaknya Heru pun dibuat bingung karena Angga belum melakukan lamaran bagaimana bisa dia mau langsung jemput Tiara untuk nikah, tapi pikirnya mungkin nanti sekalian lamaran dan langsung menjemput pengantin wanita.
Tiara diam sesaat, setelah itu membuka suaranya, "Mungkin bukan bersamaku!"
Nia kaget. "Bagaimana bisa?"
Tiara bercerita kebenarannya, dan seketika itu ekspresi Nia berubah gelap.
"Angga melakukannya lagi? Itu orang ya, kemarin sebelum sama kamu, dia mutusin sahabatku karena alasan yang tidak masuk akal, sekarang dia gantungin gadis sebaik dirimu? Tapi bagus deh kamu tidak jadi sama dia karena aku tidak rela gadis sebaik dirimu bersanding dengan lelaki seperti dia!"
Tiara tersenyum pahit, dia tau kalau Nia adalah gadis yang blak-blakan, dia juga tidak suka melihat temannya ditindas.
Setelah dari rumah makan, Tiara langsung pulang.
Selesai sholat isya, suara handphone Tiara berbunyi. Satu pesan masuk dan langsung dibaca oleh Tiara.
"Bu Guru Tiara, saya ingin memberitahu kalau besok saya akan menikah, dan maaf telah membuatmu kecewa!"
Tiara menyeringai ke arah pesan yang dikirim oleh Angga, kata-katanya seperti orang yang tidak bersalah, Tiara pun langsung membalasnya.
"Aku sudah tau, bahkan sejak awal kamu memiliki pacar aku sudah tau. Satu hal yang aku sesali, kamu itu pemuda dewasa yang pintar tapi sayang kamu terlalu pengecut hanya untuk berkata jujur, tapi ya sudahlah semoga kamu bahagia dengan pasanganmu!"
Setelah pesan terkirim, Tiara merasa lega sekaligus merasa ngilu di bagian tertentu, dia merasa malu karena sudah banyak orang yang tau soal rencana pernikahannya sama Angga termasuk orang tuanya, dan sekarang kenyataannya Angga akan menikah dengan gadis lain, bagaimana dia akan menghadapi banyak pertanyaan dan untuk ke sekian kalinya dia dikecewakan.
'Ya Allah apa dosaku? Padahal aku hanya ingin menyempurnakan agamaku segera, tapi kenapa aku selalu bertemu dengan lelaki yang salah. Ya Allah, sakit sekali! Ya Allah tolong damaikan hatiku!'
Malam itu Tiara berusaha mengendalikan perasaannya dan menahan diri agar tidak meneteskan air mata hanya untuk seorang pengecut dan pengkhianat.
Sebulan telah berlalu, semenjak pernikahan Angga, Tiara tidak pernah lagi melihatnya, bahkan Angga memutus semua pertemanan dengan Tiara, dan itu membuat Tiara menjadi bingung.
Kemarahan Heru pada Angga membuat Tiara sempai khawatir tapi ternyata Heru cukup dewasa untuk menyikapi semuanya.
Sedangkan Ibu Tiara nampak begitu cemas melihat putri satu-satunya dikecewakan untuk yang ke sekian kalinya, bahkan semua orang yang kenal dengannya, menghujat sikap Angga. Mereka marah dan kesal melihat kelakuan cowok seperti itu.
"Yang sabar ya Tiara, aku yakin kamu pasti akan mendapat lelaki yang baik!" Kata Nia yang nampak geram dengan tetangganya itu.
Tiara tersenyum. "Tidak apa-apa kok! Lagi pula aku sudah biasa menghadapi hal seperti ini, dan sekarang dia tidak begitu penting buatku!"
Nia menepuk-nepuk punggung Tiara dengan ekspresi yang sedih." Pantas kakakmu terlihat tenang, ternyata adiknya sangat tegar dan luar biasa, aku tau itu pasti sulit dan setiap perempuan pasti pernah merasakan gak enaknya dikhianati, tapi aku salut padamu karena bisa mengemas luka dengan senyum!"
"Kalau bukan kita sendiri yang menolong diri kita terus siapa lagi? Saya hanya mencoba menerina ketetapan Allah saja dan saya percaya kok Dia menjauhkan yang kemarin bukan karena Dia zolim tapi Dia hanya ingin menggantinya dengan yang lebih baik!"
"Betul itu, semangat Tiara, jodoh terbaik sudah menunggumu!" Nia memeluk Tiara sembari menyemangatinya.
Waktu terus berlalu, meninggalkan beberapa kenangan pahit dan manis, mungkin hati yang salah karena begitu cepat menduga, atau mungkin Allah hanya ingin bicara tentang sabar dengan Tiara.