Karena saran Rasty dan Hana, Tiara menutup rapat-rapat tentang patah hatinya. Kesedihan dalam hati cukup menjadi rahasianya. Sehingga tidak ada yang tau sedalam apa dia merasakan patah.
Ring … Ring …
Tiara terkejut dari lamunannya ketika dia mendengar suara ponselnya berbunyi. Tanpa pikir panjang, Tiara langsung meraih ponselnya dan menatap ID pemanggil yang tertera di layar ponselnya.
'Ahhh … Ternyata Rasty, ada apa dia meneleponku malam-malam begini?' Batin Tiara.
Setelah itu, Tiara langsung menggeser ikon warna hijau di ponselnya.
"Halo, Assalamu'alaikum … Kak?"
"Wa'alaikumsalam … Ra, kamu belum tidur kan?"
"Belum, ada apa kakak telepon? Apakah ada hal penting?"
"Aku cuma mau mengingatkan kalau besok kita ada seminar di Gedung Wanita Selong. Kamu tidak lupa kan?"
"Tentu saja aku ingat. Mau pakai motor siapa?"
"Pakai motorku saja. Besok aku akan jemput kamu. Sekarang aku tutup dulu."
"Oke."
Tiara menutup ponselnya ketika Rasty sudah mengakhiri percakapan. Setelah itu, Tiara merangkak naik ke tempat tidurnya hingga ia akhirnya tertidur lelap.
Keesokan paginya di Gedung Wanita,
Tiara dan Rasty sudah berada di tempat seminar yang temanya adalah "Tips Menjaga Kesehatan Luar dan Dalam Tubuh."
Sementara acara belum dimulai, Tiara dan Rasty sibuk mendiskusikan soal rencana mereka untuk melakukan demonstrasi tentang kesehatan kepada semua siswa-siswi mereka agar bisa hidup lebih sehat. Tiba-tiba di tengah diskusi mereka ponsel Tiara berbunyi. Seketika itu Rasty kaget karena sedang asik menjelaskan.
"Aaa.... Astagfirullahalazim. Tiara … Kalau lagi serius begini harusnya kamu matikan ponselnya. Bikin kaget aja tau."
"Hehe … Maaf aku lupa, ini ada pesan masuk soalnya." Ucap Tiara sambil cengengesan. Setelah itu Tiara membuka pesannya sebelum melanjutkan obrolan dengan Rasty.
Melihat nomor pengirim pesan yang tidak asing membuat Tiara terdiam sejenak.
"Dari siapa? Kenapa kamu tiba-tiba diam?" Tanya Rasti sambil mengintip ponsel Tiara.
"Nomor baru? Itu siapa sih sampai kamu pantengin begitu?" Lanjut Rasty tidak sabaran.
"Kalau tidak salah ingat, ini nomornya Ferdinan." Jawab Tiara dengan tidak perduli.
Jelas Tiara berkata begitu karena salah satu hal yang dia lakukan ketika dikhianati adalah menghapus nomor mantan dan mungkin tidak hanya Tiara yang melakukannya.
Mungkin kalau Ferdinan menghubunginya kemarin-kemarin, Tiara pasti histeris karena kesenangan. Tapi, sekarang dia bukan Tiara yang dahulu pernah menjadi budak cintanya.
"Sudahlah! Tidak perlu dibalas, gak penting soalnya." Lanjut Tiara sambil menutup ponselnya.
Sambil tersenyum licik Rasty menarik ponsel Tiara.
"Berikan padaku! Tidak perlu bersikap sombong begitu, mari kita main layang-layang!" Kata Rasty sembari tersenyum sambil mengedipkan matanya yang sebelah.
Mendengar perkataan Rasty, wajah Tiara berubah penuh tanda tanya.
Main layang-layang? Apa maksudnya?
Walaupun penasaran dengan apa yang Rasty katakan, Tiara tidak bertanya apapun selain memperhatikan Rasty menatap layar ponselnya sambil tersenyum dan ternyata Rasty sedang membalas pesan Ferdinan.
"Ehhh … Kenapa dibalas? Nanti dia besar kepala dan berpikir aku masih mengharapkannya." Kata Tiara menahan Rasty.
"Kamu kan memang masih berharap. He he .. Oleh karena itu, inilah saatnya kamu membersihkan hatimu dari sampah yang sudah menganggapmu sampah." Lanjut Rasty.
Merasa perkataan Rasty ada benarnya, akhirnya Tiara membiarkan Rasty membalas pesan itu semaunya.
Ferdinan : Assalamu'alaikum Ra!
Tiara. : Wa'alaikumsalam.
Ferdinan. : Ra, apa kabar?
Tiara. : Baik.
Ferdinan : Alhamdulillah kalau gitu.
"Hahaha ... … Kena kamu!"
Tiba-tiba Tiara terkejut mendengar suara ketawa Rasty. Ia bingung kenapa Rasty tiba-tiba tertawa setelah mengatakan beberapa kalimat itu.
"Ada apa? Kenapa kakak tertawa seperti itu?"
"Sepertinya si Ferdinan sudah mulai kehilangan kata-kata nih. Hehehe … " Kata Rasty sambil menoleh sebentar ke Tiara setelah itu fokus ke ponselnya.
Karena penasaran, Tiara yang tadinya diam sambil coret-coret di kertas kosong yang dia bawa, mengintip obrolah Rasty dengan Ferdinan yang ternyata Rasty sedang berpura-pura menjadi dirinya.
"Perasaan tidak ada yang lucu." Ucap Tiara dengan heran.
"Lucu dong. Aku yakin dia pasti mengirim pesan lagi jika tidak mendapat balasan."
"Kamu bisa meramal ya?" Tiara tidak habis pikir sama Rasty. Namun, dia dibuat terkejut oleh bunyi pesannya lagi yang ternyata itu dari Ferdinan lagi.
"Hahaha … Apa aku bilang, cowok kalau tidak penasaran lagi maka dia mudah jenuh. Tapi, kalau cowok dibuat penasaran dia tidak akan menyerah mengejar perempuan. Kecuali lelaki itu tulus dan berniat baik untuk menjadikan perempuan itu istrinya. Begitu menurutku." Kata Rasty sambil tersenyum penuh kemenangan karena prediksinya benar.
Tiara sudah tentu percaya pada Rasty, karena menurutnya Rasty lebih berpengalaman.
Ferdinan: "Ra, maafkan aku! Maaf karena telah menyakiti hatimu, sejujurnya sudah lama aku ingin menghubungimu. Tapi, aku malu dan takut kamu tak akan membalas pesanku. Ra tolong maafkan aku! Sejujurnya aku masih mencintaimu dan tidak ada yang bisa seperti kamu. Aku ingin kita kembali seperti dulu! Aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi!"
Mata Rasty menyala seraya tersenyum pahit setelah membaca pesan dari Ferdinan. Setelah itu ia langsung membalas pesan sebagai Tiara.
Tiara. : Oh..
Ferdinan : Sepertinya kamu sibuk.
Tiara : Iya.
Ferdinan : Apa kamu bahagia?
Tiara : Alhamdulillah
Ferdinan : Syukurlah kalau begitu. Ya sudah, maaf mengganggu kesibukanmu!
Tiara. : Iya
"Ra, Ferdinan sudah mau kembali sama kamu sesuai dengan keinginanmu. Apa kamu mau terima?" Tanya Rasty seraya mengembalikan ponsel Tiara.
Mendengar pertanyaan Rasty membuat Tiara menatapnya penuh arti.