*Bab eror, sedang di revisi.)
Dokter Gibran tertawa kecil menampilkan gigi putih dan rapinya di sana. "Nggak apa-apa lho, Nes. Telat juga nggak apa-apa. Tenang aja. Jangan sampai lari-larian begitulah."
.
.
.
"Nggak!" Aneska bergerak lalu menjatuhkan kepalanya di bahu Reygan. "Capek tahu kasih kode dari kemarin, tapi kamunya nggak paham-paham."
"Ada apa? Kamu berusaha menyampaikan apa, sih, Nes?"
Dunia Reygan mendadak berhenti. Tubuhnya seketika gemetar dan memandang Aneska dengan tatapan tidak percaya. Namun, wajah Reygan mendadak datar ketika mengingat Aneska seringkali melakukan hal yang tidak terduga.
"Aku lagi nggak mau bercanda ya, Nes," ucap Reygan cepat.
"Tuh kan." Aneska bangun dari duduknya lalu berjalan menjauhi Reygan. "Dikasih kode, nggak peka. Dikasih tahu langsung, nggak percaya. Capeklah aku," ujar Aneska sambil terus berjalan.
Entah kenapa mata Reygan tiba-tiba memanas dan air mata langsung jatuh begitu saja. "Nes, aku nangis."