"Mas nggak janjiin kalau Aneska bisa datang ke nikahan kamu, ya." Setelah Mama Diana datang, Aneska dan Adriana memutuskan untuk membeli kopi di vending machine. Duduk di balkon lantai yang sana. Suasana sejuk selepas hujan siang tadi, tidak membuat tenang. Akhir-akhir ini semua tenang Aneska lenyap sudah. Alih-alih menikmati buaian angin, pikirannya tetap awas. Aneska menjadi prioritas Reygan saat ini. Bahkan termasuk absen di pernikahan Adriana nanti.
"Iya, aku tahu."
"Dan mungkin Mas nggak bisa datang juga, Dri." Ketika Reygan menatapnya, ada raut sedih yang terlambat untuk ditutupi.
"Nggak apa-apa." Adriana menghindari tatapan Reygan. Manggut-manggut. "Aku sebenarnya udah minta ke EO untuk nyiapin satu kamar khusus. Kak Anes bisa di sana selagi Mas duduk mendampingi saat aku ijab. Tapi kalau memang nggak memungkinkan, nggak apa-apa."
Tangan Reygan naik ke kepalanya. Menepuk-nepuknya dengan penuh terima kasih. "Mas nggak bisa bantu apa-apa, Dri."