"Anes mana, Mbak?"
Mbak Anggun mengernyit di ambang pintu. "Anu, itu. Ehm ..."
"Lagi keluar?"
"Masuk dulu yuk, Rey."
"Keluar ke mana, Mbak? Udah dari tadi?"
"Belum lama kok."
"Sama Mas Dikta?"
"Iya. Tapi serius, mereka cuma beli oleh-oleh buat dibawa ke Lampung kok."
Ya apa pun itulah. Intinya Aneska keluar dengan Mas Dikta. Berdua. Memangnya harus ya pergi dengan Aneska?!
Apa tadi? Membeli oleh-oleh? Dasar modus.
Mengerti Reygan yang makin kesal, Mbak Anggun memegang lengannya. "Rey, masuk dulu."
Reygan menurut. Tidak lagi main kabur seperti tadi sore hanya karena melihat dua orang cekikikan di halaman samping.
Disambut dengan pelukan Kina yang datang dari ruang tengah. Menempel seperti anak koala.
"Belum makan, kan?" Mbak Anggun membuka tudung saji di meja makan. Mengambilkan piring dan sendok. Reygan sudah akan menolak, ketika disusul kalimat berikutnya. "Mau diambilin atau ambil sendiri? Atau mau nunggu Anes aja yang ambilin?"
"Belum laper, Mbak."