Reygan keluar dari kamar, meninggalkan Aneska yang sudah terlelap. Sejak tadi, dia mengeluh sakit. Tapi tetap keras kepala tidak mau minum obat apa pun. Bahkan Tante Nurma --istri Papa Reygan-- sudah meramukan jamu, tetap saja Aneska tidak mau minum. Aneska baru bisa tidur ketika Reygan memeluknya. Mengusap-usap lengannya.
"Anes sudah bisa tidur?"
"Maaf, Tante udah repot-repot buatin jamu, tapi Anes nggak mau minum." Lantas menjawab pertanyaannya barusan. "Baru bisa tidur sekarang, Tan."
"Nggak apa-apa. Nggak usah dipaksa. Sugestinya beda, Rey." Tante Nurma sedang sibuk mencuci sayur. Reygan berdiri di dekat kursi dengan canggung. Jujur, ini interaksi pertama mereka. Meski sudah beberapa kali bertemu, tapi baru kali ini mereka berbicara berdua.
"Vava pulang jam berapa, Tan?"
"Dia?" Tante Nurma mendongak ke jam dinding. "Jam lima baru pulang. Biasa. Main futsal sama teman-temannya. Kulitnya sampai gosong, Tante hampir nggak mengenali dia."