"Sumpah, anjir. Setiap hari begini pemandangan lo?" Kiki berbisik. Dia masih enggan berpaling. "Apa perlu gue nyamar jadi orang culun terus gue masuk ke divisi cewek cantik di kantor gue?" bisiknya lagi.
Reygan menoleh dengan jengah. Sempat berpikir jika jabatan CEO membuat sahabatnya ini tekanan batin, alih-alih gemilang. Semakin hari, kalimat yang keluar dari mulutnya semakin absurd.
"Teman-temannya Mbak Anggun?"
Suara itu menarik semua perhatian.
Yaya menggumam. "Kayak pernah lihat."
"Jangan lupa napas." Kiki menyenggol lengan Reygan pelan.
Reygan tersenyum ketika Aneska dengan wajah ramah mendekat. Dengan tunik putih dan celana kain mocca, Aneska terlihat cantik. Meski baginya, Aneska yang biasa tetap cantik. Kali ini ada sedikit riasan di wajahnya.
Aneska menyalami satu per satu seraya mengenalkan diri. Termasuk Anto yang memasang wajah terkesima. Reygan menatapnya kesal. Untung ada Kiki yang berdiri di antara mereka.
"Setahu gue Mbak Anggun nggak punya adik."