"BABY GIRL!"
Teriakan itu cukup untuk membuat goresan pensi Reygan di atas kertas karton melenceng dari jalur. Selalu saja begini, tapi lama-lama dia akrab dengan kebisingan di lantai ini.
"Woooaaaahh, Kenzi punya adik cewek! Sempurna banget sih. Duh, gue jadi pengin nikah."
"Sana cari suami dulu."
"Jangan diingetin dong. Sedih nih."
"Reygan!"
"Apa?" sahut Reygan tanpa menoleh.
"Nikah, yuk?"
"Wah, lo mau nikung Reygan dari gue? Sini lo sini!"
"Emang gue takut? Lo yang ke sini."
Reygan menghela napas. Menoleh ke meja Anto. "Mas, ngopi?"
Anto melepas bantal leher dan beridiri. Reygan menyusul. Mereka masuk ke pantri di lantai itu. Anto menarik ke jendela, membuka kacanya dan mulai menyulut rokok.
"Disabar-sabarin aja. Kelakuan para perempuan di lantai ini emang haus kasih sayang."
Reygan tertawa, ikut menarik kursi ke dekat jendela. Menggeleng ketika Anto menawarinya rokok.
"Kalau soal itu sih udah biasa, Mas."