Aneska terdiam lama. Meski tangannya tetap bergerak menorehkan cat. Baru menjawab semenit kemudian. "Iya, seperti yang kamu lihat. Aku bahagia." Beberapa tahun ini, aku bersyukur, ternyata aku masih bisa bahagia, Rey.
"Kamu sendiri gimana? Jangan-jangan udah dapat calon selama di Singapura?"
"Ada. Banyak."
Barulah Aneska menoleh. Lalu berdecak. "Sombongnya."
Kali pertama, Reygan tertawa. Aneska sempat menangkap tawa itu sebelum memutus pandangan.
"Kalau ada banyak, kenapa nggak bawa pulang salah satu?" Aneska ternyata menanggapi.
"Kenapa dibawa pulang kalau nggak ada niat untuk dinikahin?"
"Hm. Bau-bau womanizer," sindirnya.
Reygan tertawa. Tawa kedua. "Nggak segitunya. Serius. Kiki bisa konfirmasi apa pun. Dia sering kabur ke sana soalnya."
"Kenapa kabur?"
"Masih kasus yang sama."
Aneska mencoba mengingat. Lalu mendekap mulutnya dengan tangan kiri. "Astaga. Orang itu. Masih aja. Pantes sensi banget kalau ada yang mau nikah."