"Kenapa? Kiki nggak bisa jadi Badut Ancol buat kamu? Perlu aku kirim Mas Kinan?"
"Aku cerita kalau kita ketemu aja, ya? Aku kuliah di lantai tiga, lift penuh sama cewek-cewek. Aku harus lari naik tangga." Reygan menatap lelah pada segerombolan cewek heboh yang baru saja memenuhi lift. Suara khas mereka seperti kawanan bebek yang lewat. Berisik. Tidak jelas mana yang harus didengarkan.
Ketika lift melesat naik, datang lagi gerombolan yang lain. Begitu terus selama lima menit Reygan duduk di sana.
"Ya nyempil aja kenapa, sih? Ogah banget lari ke lantai tiga lewat tangga."
"Kamu ngomongnya enak. Aku? Waktu sepuluh detik itu mereka bisa membunuhku dengan parfum mereka."
Di ujung sana Aneska terpingkal. Reygan rasanya tidak ingin memutus obrolan mereka begitu saja agar mendengar suara Aneska lebih lama. Tapi akhirnya dengan berat hati dia memutus sambungan lebih dulu.