"Lagi teleponan sama siapa lo, Rey?" Kiki yang baru saja masuk ke dalam kamar karena sehabis mandi langsung bertanya.
"Anes."
Kiki mengernyit bingung. "Tadi lo ketawa-ketawa, terus kenapa mendadak diam-diaman? Kalian pakai bahasa kalbu?" Bahkan tawa itu sampai terdengar ke kamar mandi. Kiki sampai horor sendiri tadi. Untung dia hafal suara tawa Reygan. Hampir saja dia lari dari kamar mandi. Takutnya suara tawa itu bukan dari dunia nyata.
Reygan melempar ponsel ke kasurnya, lantas beranjak meninggalkan jendela.
"Eh, eh, lo mau ke mana?"
"Cari makan."
"Tungguin!" Kiki meraih kasur di hanger yang dia gantungkan di terali jendela. Memakainya dengan cepat, sambil mengejar Reygan.
Reygan berjalan begitu saja, meninggalkan ponsel di kamar. Dia mungkin juga tidak membawa dompet.
Aspal hitam semakin menghitam di malam hari. Kiki berhasil menyusul Reygan yang tidak mau memelankan langkah untuk menunggunya.
"Lo bawa dompet nggak?"
"Nggak."