Tiga minggu yang lalu, ketika Reygan bertemu dengan Mama di restoran.
Ketika itu hujan turun dengan deras. Riana duduk berhadapan dengan Mama yang melahirkannya.
Perasaan Riana bagaimana waktu itu? Bahagia, dia merasa bahagia. Meski dia akui kalau dia sempat gemetaran, tapi dia bahagia.
Mereka akan duduk berdua, dan mengobrol banyak hal dengan Mama. Riana merapikan poninya yang siapa tahu berantakan. Dia ingin terlihat baik di depan Mamanya.
"Bisa kamu panggilkan Reygan?"
Riana mencelos di kursinya. Dia tidak salah dengar, kan?
"Tapi Mas Reygan..."
"Saya ingin bicara dengan Reygan, bukan kamu."
Riana mengerjapkan matanya. Dia tidak boleh menangis meski air mendesar di pelupuk mata. "Ini aku, Ma. Adriana."
Diana bersedekap tangan, membuang pandangan.
"Kamu belum tuli? Saya minta panggilkan Reygan."
"Tapi ada aku di sini, Ma." Riana memaksa senyum alih-alih menangis. "Setidaknya beri aku waktu untuk bicara dengan Mama."