Bab 392
"Fa, kenapa rumah itu dijual!" sentakku saat tiba di kantor.
Dhifa yang baru tiba melengos tak perduli. Dia malah masuk ke ruangannya, aku mengikutinya dengan marah. Dhifa pun duduk di kursi yang seharusnya milikku dengan wajah penuh senyum. Aku merasa muak melihat sikapnya itu.
"Kenapa diam?" tanyaku masih dengan marah.
"Buat apa rumah kosong gak ditempati mending dijual Mas," jawabnya santai.
"Lalu hasilnya kau pakai sendiri begitu!" sindirku.
Nadhifa melirikku sekilas lalu sibuk dengan laptopnya.
"Mas beli rumah itu pakai uang Perusahaan kan. Jadi uangnya aku kembalikan ke perusahaan. Lumayan buat nambah modal ," jawabnya lagi dengan kalem.
Huh, aku sebal jadinya. Tapi tak apa, toh uangnya masuk ke perusahaan. Berarti harta yang akan kutuntut tidak akan berkurang.
"Bu, orang yang mau beli mobilnya sudah datang," beritahu seorang karyawan pada Dhifa.