Bab 386
Aku menatap dengan nanar kepergian Irene ke kamarnya sambil berlari.
Blam!
Suara pintu yang dibanting dengan keras membuatku terkejut sesaat, aku menghela nafas kesal, kupandangi Mama dan Axel bergantian. Aku tak mungkin memarahi Mama, bisa kualat nanti.
"Pa, aku takut," cicit Axel yang berada di dekatku. Langsung saja kupeluk dia kemudian membelai rambutnya perlahan
"Gak apa-apa, jangan takut. Tante Irene itu sebenarnya baik, kok. Mu gjin dia sebagai kesal saja. Sekarang, papa mau lihat dia dulu, ya. Axel mainsmaa Oma saja," kataku menghibur Axel.
Axel pun mengangguk, lalu kuberikan Axel pada Mama, aku menyusul Irene ke kamar. Aku mencoba membuka pintu yang tertutup rapat di depanku. Syukur pintunya tak dikunci. Aku pun masuk dan melihat Irene yang sedang menangis tertelungkup di ranjang. Kudekati dia, kubelai rambutnya dengan lembut. Dia menolak dengan mengibaskan tanganku agar menjauh darinya.
"Ngapain Mas ke sini? Pergi sana!" usirnya tanpa menolehku.