Bab 296
Bang Ramon kritis? Ulah siapa ini, apa orang yang sama dengan orang yang ingin menangkap Bela tadi pagi.
Ternyata kehidupan di jalanan sangat berbahaya.
"Aku akan mengantarmu, tapi tolong berhenti menangis, ya!"
Bela mengangguk lalu menghapus air matanya. Segera ku putar kemudi menuju ke rumah sakit. Suasana mencekam kurasakan seolah aku ikut di dalam perseteruan antar kelompok di jalanan.
Apalagi aku melihat sendiri bagaimana kejam dan sadisnya kelompok yang menyerang Bela kemarin.
"Bela, tunggu!" teriakku. Mobil baru saja tiba di parkiran rumah sakit, Bela langsung turun dan berlari ke dalam gedung tersebut. Aku masih harus mencari parkiran yang kosong, setelah berhasil memarkirkan mobil, aku pun masuk menyusul Bela.
Sampai di depan ruang ICU, aku melihat Bela sedang menangis dipelukan kak Asih, istrinya bang Ramon. Mereka berdua saling bertangisan.
Pasti telah terjadi hal yang gawat, aku pun berlari mendapati mereka berdua.