Aku Masih Perawan
Bab 237
Mungkin harus menunggu beberapa bulan lagi. Aku merasa kecewa, sedangkan untuk mencari di tempat lain aku kurang percaya. Bahaya jika menerima orang sembarangan, apa lagi untuk menjaga bayi dan dua orang anak-anak di rumah seorang diri.
Tampaknya, menerima Naira satu-satunya jalan yang harus kupilih.
POV Naira
"Fahira sayang, buka mulutnya! Aaa, pintar," pujiku sambil menoel pipinya yang gembul. Fahira tertawa kegirangan di tempat duduk. Aku sangat gemas melihat bayinya Mbak Desi yang sudah mulai besar itu.
Tiga bulan sudah aku tinggal di rumah mas Fadli untuk menjaga Fahira, Dea dan Fikri. Sebenarnya, sih, tugasku hanya menjaga Fahira saja, karena Dea dan Fikri sudah bisa mengurus dirinya sendiri.
Paling tugasku hanya mengawasi mereka bermain, serta mengingatkan jika waktunya mandi atau makan. Namanya juga anak-anak, jika sedang asyik bermain bisa lupa waktu.
"Assalamualaikum, papa pulang!" salam Mas Fadli dari depan pintu.