Bab 224
"Aku bersedia, Mas," jawabku sembari mengulas senyum manis padanya.
Dia masih bingung, tak percaya.
"Mas, aku mau jadi istrimu. Tapi janji jangan pernah menyakiti hatiku sampai kapanpun!" ulangku dengan gemas karena dia masih bengong saja.
"Beneran Des, alhamdulillah. Mas janji akan selalu menyayangimu, Dea dan Fikri sampai kapanpun"
Mas Fadli memelukku dengan erat seolah tak ingin melepaskan ku lagi. Aku pun merasa kehangatan dan kenyamanan saat dalam pelukannya.
"Mama, lagi ngapain, Mah?"
"Iya, papa juga ngapain peluk-peluk tante Desi?"
Tiba-tiba duo krucil muncul dan memergoki kami sedang berpelukan. Kulepas pelukanku, dan mas Fadli memanggil mereka mendekat.
"Begini ya Fikri, Dea sebentar lagi mamanya Dea dan papa akan menikah. Dan kita akan tinggal satu rumah. Mama, papa, Fikri dan Dea."
"Beneran, Pah, kita akan tinggal serumah. Horeeee kita bisa main bareng kapan aja ya Dea." Kata Fikri.