Bab 221
Kutunjukkan video rekaman yang sempat kuambil tadi.
"Wah parah ini Des, gak boleh dibiarkan. Kebetulan saya ada kenal pak Ustadz yang biasa menangani hal seperti ini." Mas Fadli menawarkan bantuannya. Wajahnya kelihatan cemas sekali. Mendadak hatiku rasanya berbunga karena merasa ada yang mengkhawatirkan diriku.
"Kalau begitu aku minta tolong ya Mas!" Pintaku kemudian.
"Ahsiapp!" jawabnya menirukan gaya Youtuber terkenal itu. Aku hanya terkekeh geli melihatnya.
"Oh iya hampir lupa, ini titipan almarhumah Mitha buat kamu." sambungnya lagi.
Mas Fadli menyodorkan sebuah amplop, surat dari Mitha. Kuterima dengan tangan yang bergetar surat dari temanku yang kini telah tiada.
Kuelus lembut sambil membayangkan wajah Mitha, tak terasa air mataku menetes.
Mas Fadli menyodorkan saputangannya, kuterima sambil mengucapkan terimakasih. Lalu mas Fadli pamit karena harus pergi bekerja.
"Aku pamit," katanya pelan.
Aku hanya mengangguk saja melepas kepergiannya.