Bab 215
"Pantesan mas hubungi dari tadi gak diangkat. Mas lagi di rumah sakit nih Dek. Mamanya Naira jatuh di kamar mandi tadi sore. Ini masih di ICU belum sadar."
Aku kaget mendengarnya, dan berkata kalau aku akan kesana besok. Telpon ditutup, aku kunci semua pintu dan jendela lalu aku masuk kamar. Keesokan harinya aku pergi ke rumah sakit sambil membawa Dea.
Tapi saat aku masih di jalan, mas Rasyid mengabarkan kalau mamanya Naira telah meninggal dunia. Aku batalkan ke rumah sakit langsung pergi ke rumah Naira. Aku tiba bersamaan dengan tibanya ambulans yang mengantar jenazah mamanya Naira.
Aku ikut bersedih melihat Naira yang menangis meratapi kepergian mamanya. Kakaknya yang di Kalimantan juga sudah tiba, dan acara pemakaman segera dilaksanakan. Kali ini tak ada tatapan sinis Naira, saat aku pamit pulang dia hanya mengangguk dan menyalami aku. Rupanya dia benar-benar terpukul dengan kepergian mamanya.
Saat aku tiba di rumah rupanya bik Siti sudah menunggu di teras rumah.