Bab 212
Tapi itu tak berlangsung lama, Enam bulan setelah mama meninggal, Naira mulai berulah. Dia minta jatah bulanan harus dibagi tiga dan dia menerima dua pertiga karena ada anak yang harus dibiayai. Mas Rasyid setuju saja dengan permintaannya. Entahlah akhir-akhir ini sepertinya suamiku lebih memihak Naira.
Tentu saja kali ini aku tak setuju. Aku tak terima dengan keputusan mas Rasyid. Dia marah dan terjadilah pertengkaran diantara kami.
"Tidak Mas, kali ini aku tak akan mengalah. Kamu harus adil, jangan berat sebelah."
"Tapi Dek, apa yang dikatakan Naira benar kan. Di sana ada anak yang harus dibiayai sementara kamu kan sendiri."
"Tidak mas, aku tetap tidak setuju. Apa masih kurang pengorbananku selama ini?"
"Arrgghhh." Mas Rasyid marah dan pergi sambil membanting pintu.
"Mas, mau kemana?" tanyaku.